Instalasi yang dihadirkan di venue acara secara tidak langsug menjadi poros utama pergerakan pengunjung dalam menjelajahi berbagai wahana yang ada. Tidak hanya pengunjung dewasa yang turut menikmatinya, namun juga anak-anak. "Banyak anak-anak yang dateng juga dan langsung mencoba instalasi permainannya, karena kan maksimal bebannya hanya 40 kilogram, tidak masalah," papar Jafni Zul Fahmi, Ketua Panitia Archproject 2016.

Padahal, diakui Jafni, Archproject dulunya sempat redup gaungnya. Banyak waktu, materi, dan tenaga yang dibutuhkan untuk melangsungkan acara tersebut. "Ada banyak cara yang bisa kami lakukan sebagai mahasiswa arsitektur untuk berkomunikasi dengan dunia luar, salah satunya lewat penyelenggaraan acara ini. Kebetulan banyak mahasiswa arsitektur dari kampus lain yang datang," papar mahasiswa angkatan 2013 ini.

Dekorasi pun, diakui pengunjung begitu maksimal. Terlebih, material bambu yang digunakan semakin menjadikan venue menyatu dengan alam bak senja semestinya. "Dekorasinya sungguh niat banget, banyak spot menarik. Yang unik ada 3D hologram arsitektural display yang bisa muter-muter," ungkap Diana, salah seorang pengunjung dari Universitas Pembangunan Negeri (UPN) Veteran, Jawa Timur.

Tidak berhenti di situ, festival pentupan Archproject juga turut dipadati pengunjung. Mengundang Silampukau, band indie Surabaya, pengunjung hanyut dalam melodi ber-genre folk yang dilantunkannya. "Walau sederhana hanya dengan dekorasi bambu-bambu saja, tapi panggungnya keren," ucapnya singkat sembari berlalu pergi kembali menikmati malam yang seolah tak pernah mati.

Berkaca dari tahun ini, Jafni pun menaruh harapan besar untuk terus melanjutkan Archproject di tahun-tahun yang akan datang. "Ada apresiasi, ada pula evaluasi, semoga tahun selanjutnya bisa lebih baik lagi, menjaring masa lebih banyak lagi dan menginspirasi lebih banyak orang lagi," harap Jafni menutup wawancara dengan ITS Online.(owi/guh)