ITS News

Jumat, 19 Desember 2025
09 April 2016, 08:04

Indonesia Lawan Tiongkok, Ini Kata ITS

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Hadir di tengah-tengah mahasiswa Jumat malam (8/4), Guru Besar Fakultas Teknologi Kelautan (FTK) ITS, Prof Ir Daniel M Rosyid PhD MRINA mengemukakan fakta bahwa jumlah kapal di Indonesia sejatinya masih sangat kurang. Terutama kapal perang yang dibutuhkan untuk menjaga kedaulatan negara.

Tidak hanya kapal perang. Kapal niaga serta kapal barang pun kondisinya serupa, jumlahnya masih belum cukup untuk melayani penyeberangan antarpulau. "Jadi, kalau banyak kapal asing masuk wilayah Indonesia secara ilegal, itu hal yang wajar. Karena Indonesia belum bisa menjaga wilayahnya secara efektif," ujarnya.
Anggota komite The Royal Institution of Naval Arcitects (RINA) ini kemudian mengatakan jika kelak konflik tersebut dibawa ke pengadilan, posisi Indonesia tidak bisa lantas menang. Menurutnya, Indonesia butuh data untuk mempertahankan kepentingan maritimnya. 
Data-data yang ia maksud terkait dengan ‘kehadiran’ pemerintah Indonesia di perairannya sendiri. "Contohnya seperti kasus Sipadan dan Ligitan. Kita mengklaim pulau yang tak pernah kita urus. Kehadiran kita di pulau tersebut dipertanyakan. Makanya, dengan mudah diambil orang," beber Pakar Teknik Kelautan Indonesia itu.
Untuk itulah, lelaki yang pernah menjadi bakal calon rektor Universitas Indonesia ini menyarankan agar pemerintah Indonesia meningkatkan jumlah kapal untuk kepentingan maritim. "Daripada membangun jembatan antarpulau, alangkah lebih baik jika dananya dialokasikan untuk memperbanyak kapal, seperti kapal feri," jawabnya atas pertanyaan yang diajukan salah satu mahasiswa.
Hal tersebut dikarenakan pembangunan jembatan yang dinilai tidak efisien. "Pengadaan jembatan itu cara berpikir pulau besar. Bukan cara berpikir kepulauan atau maritim. Berbeda dengan kapal yang lebih fleksibel serta ramah lingkungan," tegas pria kelahiran Klaten itu. 
Dalam acara diskusi terbuka yang digelar oleh Kementerian Kebijakan Publik BEM ITS itu, alumnus Teknik Perkapalan ITS ini tidak datang sendiri. Selain Daniel, hadir pula Presiden BEM ITS 2014/2015 Imran Ibnu Fajri. Mereka pun bertukar pikiran dalam diskusi yang bertajuk tentang Kedaulatan di Laut yang Keruh. (sva/akh)

Berita Terkait