Tri adalah seorang pemberdaya listrik di lokasi terpencil di Indonesia yang mendapat penghargaan Ashden Awards 2012. Di Indonesia, ia bersama timnya telah menjangkau sekitar 82 desa yang awalnya tak teraliri listrik, menjadi daerah berpenerangan mandiri.

Menurut Tri, dulu tidak terlalu banyak orang yang tertarik untuk membangun Sumber Daya Alam (SDA) yang bermanfaat bagi masyarakat. "Pada saat itu banyak orang yang hanya berpikir untuk mendapatkan perkerjaan, menghasilkan, uang, dan menikah. Selesai kehidupan," ungkapnya miris.

Meski demikian, ia bersyukur karena menurutnya mahasiswa saat ini memiliki paradigma yang berbeda dan cenderung lebih maju. "Mindset mereka sudah jadi I’m not a job seeker, I’m a job maker," ungkap Direktur Eksekutif Inisiatif Bisnis dan Ekonomi Kerakyatan (IBEKA).

Baginya, masa depan Indonesia adalah tanggung jawab mahasiswa.
"Jangan sampai sumber energi Indonesia diambil Amerika. Orang lebih baik berkeringat di dunia, memilih jalan yang mendaki, daripada susah di akhirat," terang wanita kelahiran Semarang tersebut.

Menurutnya, mahasiswa harus dapat memfokuskan apa yang sudah ada di alam dan mengaplikasikan apa yang sudah kita tahu. "Teknologi itu mubazir kalo tidak bermanfaat untuk masyarakat," ungkap wanita yang sempat bercita-cita menjadi dokter tersebut.

Wanita yang hobi berkebun dan memasak ini mengaku senang dengan diadakannya acara semacam ini. Baginya hal ini dapat memperkaya wawasan mahasiswa. "Membuka peluang orang untuk tau lebih banyak, dan memperluas cakrawala keilmuan juga," terangnya pada ITS Online.

Di akhir ia berpesan untuk mahasiswa yang belum lulus agar bisa menguasai teknologi. Jangan hanya berada di kampus, tetapi juga bergaul, dan memperbanyak jaringan.

"Bagi yang sudah lulus, mereka harus bisa menerapkan ilmunya agar bermanfaat untuk umat. Karena sehebat apapun ilmumu, masyarakat harus bisa menikmati," tandasnya. (mbi/pus)