Acara yang bertempat di gedung SCC lantai 3 itu mengambil sub-tema Mengembalikan Generasi Penerus Bangsa sebagai Makhluk Sosial yang Memiliki Kepekaan terhadap Kondisi Bangsa. Turut hadir sebagai pemateri adalah, Ivan Ahda, Direktur Eksekutif Forum Indonesia Muda (FIM). Ia lantas berhasil membawakan materi seminarnya dengan memukau.
Menurutnya, manusia itu menyaksikan begitu banyak hal yang kontroversial. Mereka bisa memilih untuk memegang teguh pendirian masing-masing sebagai seorang muslim atau mengikuti orang lain. Yakni orang yang membuat sekitarnya ragu akan apa yang diyakini dan memilih mengikutinya.
Padahal menurutnya, anak muda mempunyai pilihan menjadi rajawali atau menjadi burung. "Anda layak menjadi rajawali. Tapi gaya hidup anda, pola pikir anda layaknya burung dara yang diisolasi sayapnya," ujar pria kelahiran Jakarta tersebut. Ia memaparkan bagaimana setiap pemuda wajib menjadi seorang driver dan keluar dari zona nyaman. Jika ingin maju, jangan menjadi penumpang. Jadilah pengemudi. Supaya tahu jalan, berani ambil resiko, tak boleh tertidur, dan aktif berpikir.
Pemuda Indonesia adalah target utama perhancuran moral. Pada jangka waktu 10-20 tahun ke depan, generasi muda Indonesia saat ini akan memasuki usia produktif. "Jika anda ingin melihat wajah indonesia ke depan, lihatlah wajah anda saat ini," tegas alumnus Psikologi Universitas Indonesia (UI) tersebut. Itulah pentingnya peran seorang pemuda dalam membangun peradaban bangsa.
Ivan juga menyarankan agar setiap pemuda memiliki mentor kehidupan. Ivan sendiri merupakan mente atau anak didik dari Rheinald Kasali, penggagas Rumah Perubahan. Baginya, penting bagi kita untuk belajar pada seseorang yang kita anggap jauh lebih expert dalam suatu bidang untuk mampu menguasai bidang tersebut.
Namun mirisnya, pemuda Indonesia saat ini memiiki kelemahan dalam kemampuan untuk memahami orang tua. Khususnya bagi remaja kelahiran 90’an. "Suka atau gak suka, sadar atau tidak sadar, kita masih berlindung di bawah orang tua kita. Orang tua kita semakin cerdas, tapi semakin protektif," terangnya. Menurutnya, yang terpenting adalah percaya diri. "Orang sukses itu percaya diri, itu mindset. Urusan kurang pinter, kurang cerdas, itu belakangan," tegasnya.
Jika seseorang ingin menjadi luar biasa, maka ia harus berani mengambil tantangan. Karena resiko itu pasti, dan hidup adalah pilihan. "Islam memberikan pilihan, tapi anda harus mengambil konsekuensi yang ingin anda ambil," jelas pria kelahiran April 1985 tersebut. Seringkali manusia berhenti berusaha padahal belum selesei usahanya. "Carilah sesuatu tantangan yang bisa buat anda sampek pengen nangis deh," tambahnya.
Bukan gelar yang membuat kita sukses. Tetapi adalah mindset untuk berkeinginan maju ataukah tidak. Ivan membagi tips untuk menjadi mahasiswa ideal, yaitu dengan menjadi muslim yang prestatif, aktivis berintegritas, dan pemimpin yang amanah. "Jika anda aktivis, punya banyak aktivitas, jangan lupakan orang tua anda, keluarga anda, komunitas terdekat anda. Karena dakwah fardhiyah Rosulullah sendiri adalah pada lingkaran terdekat," tandasnya.
Sementara itu, Dimas Fahrul Sayogo, ketua pelaksana GMAIL 2016 berharap agar acara ini bisa memberi manfaat bagi pemuda Indonesia khususnya mahasiswa ITS, supaya bisa menjadi lebih baik dan mengurangi degradasi moral.
Amron Basuki, ketua umum Jamaah Masjid Manarul Ilmi (JMMI) ITS juga berharap agar acara ini bisa menjadi titik balik bagi mahasiswa untuk menjadi pemuda yang lebih baik. "Pemuda itu bukan terkait dengan usia, tapi berkaitan dengan semangat," ungkap mahasiswa Jurusan Teknik Fisika tersebut. (mbi/akh)
Jakarta, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menorehkan prestasi nasional dengan memborong empat penghargaan pada ajang Anugerah
Kampus ITS, ITS News — Perpustakaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menegaskan perannya dalam memperkuat ekosistem riset kampus
Kampus ITS, ITS News – Ikatan Orang Tua Mahasiswa (Ikoma) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menunjukkan komitmennya dalam mendukung
Kampus ITS, ITS News — Guna meneguhkan komitmen sebagai World Class University (WCU), Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menyiapkan