Kelimanya adalah Afrilia Dwi Permata Ginting, Eka Kristalia Kuryani, Asti Rakhmawati, dan Hanna Anie Soebari. "Sedangkan satunya lagi adalah Faridl Robitoh yang saat ini sudah melanjutkan pendidikannya di salah satu universitas terbaik di Cina," tutur Afrilia.
Dikatakan Afrilia, awalnya mereka tidak tahu bahwa seluruh kuota beasiswa progam tersebut diisi oleh mahasiswa ITS. Hal itu mereka ketahui setelah berkomunikasi satu sama lain.
Beasiswa yang mereka dapatkan meliputi biaya program, penjemputan bandara, akomodasi, konsumsi, serta biaya gelaran budaya. "Meski demikian, kami juga harus mempersiapkan biaya tiket pesawat yang harganya mencapai puluhan juta," ungkapnya.
Karena harus mendapatkan dana yang besar, merekapun mencoba melayangkan proposal pendanaan ke berbagai instansi, mulai dari pendidikan, perusahaan, hingga pemerintahan. Walau harus berjerih payah mencari sokongan dana, mereka optimis akan berangkat ke Siberia.
Mereka yakin akan mendapatkan pengalaman yang tidak dapat dibandingkan dengan uang. Seperti dikatakan Hanna, lewat progam ini ia ngin mendapatkan ilmu manajemen perusahaan. "Saya ingin meningkatkan pemahaman terkait teknologi informasi bidang geodesi," tutur mahasiswi Jurusan Teknik Geomatika itu.
Berbeda dengan Hanna, Eka lebih memilih belajar startup untuk pengembangan program kreatifitas mahasiswa yang sedang ia geluti saat ini. "Saya ingin belajar IT untuk pengembangan pemasaran produk souvenir dan konsultasi sistem penyaluran air minum," terang Eka.
Hal senada turut dilontarkan Asti. Mahasiswi Jurusan Teknik Elektro itu pun ingin belajar menajemen serta startup untuk memperbanyak pengetahuan. "Dengan mengikuti progam ini, saya ingin menambah pengetahuan dan pengalaman," ucap mahasiswi alumni program Delightfull Istanbul itu. (ven/hil)