Malam itu, jaket-jaket merah nampak berkerumun di panggung Elektro Budaya, Jurusan Teknik Elektro, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (ITS). . Mereka yang merupakan beberapa mahasiswa Departemen Luar Negeri (Deplu) dari Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Teknologi Industri (FTI) ternyata melaksanakan salah satu agenda organisasinya bernama Voxpopuli.
Sebagai mukadimah, ketua pelaksana Voxpopuli, Riswanda Himawan memaparkan materi tentang Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 79 Tahun 2014. Dalam peraturan tersebut, dibahas mengenai komposisi penggunaan dan penyediaan energi nasional. "Peraturan ini belum tepat lantaran Indonesia seolah-olah tidak menyiapkan teknologi energi lainya sebagai pengganti energi fosil," katanya.
Seperti yang dijelaskan pada poin F PP tersebut, peran energi baru dan energi terbarukan paling sedikit 23 persen pada 2025 dan 31 persen pada 2050. Namun banyak mahasiswa yang ada di acara mengaku pesimis karena pemerintah sibuk dengan urusan lain dan kurang memikirkan hal-hal yang berkaitan dengan kemajuan teknologi.
"Sebagai contoh mobil listrik, sebenarnya sudah ada rencana untuk diproduksi secara massal, namun pemerintah tidak rela menggelontorkan banyak biaya untuk hal itu," ucap salah satu mahasiswa yang hadir.
Pembahasan mengerucut pada penggunaan gas alam, energi surya, dan bahan bakar nabati (BBN) yang dimungkinkan menjadi subtitusi bahan bakar fosil. Setelah dikaji lebih lanjut, akhirnya BBN dinilai lebih berpotensi menjadi energi baru terbarukan di masa depan. Pasalnya, gas alam pada MTT tahun lalu tidak disetujui dan energi surya memakan terlalu banyak biaya untuk membangunnya.
"Kebetulan lima tahun ini FTI diamanahi untuk mengkaji kebijakan publik, dan kami memilih mengkaji bidang keenergian," tutur Riswanda kepada ITS Online. Sebelum materi ini dibawa ke publik, BEM FTI telah mempersiapkannya di lingkup internal dan akan dikaji ulang setelah Voxpopuli dilaksanakan. "Voxpopuli ini sebagai amunisi yang rencananya dilakukan tiga kali sebelum MTT," tukasnya. (yan/akh).