Dalam seminar ini LPPM mengahadirkan tiga keynote speaker yatu Dr Ir Jumain Appe Msi, Dr Ir Arie Setiadi Moerwanto MSc, dan Lilik Kurniawan ST, Msi. Masing-masing adalah Direktur Jenderal (Dirjen) Penguatan Inovasi Kemenristek Dikti, Kepala Badan penelitian dan pengembangan Kementerian PUPR, dan Direktur Pengurangan Risiko Bencana BNPB. Mereka menjelaskan mengenai Kebijakan Penelitian Bidang Bencana, Kebijakan Nasional Penanggulangan bencana dan kebijakan Bidang bencana Kementerian PUPR.
Jumain menyampaikan ITS menduduki peringkat teratas dalam Perguruan Tinggi (PT) peneliti Mitigasi dan Manajemen Bencana pada tahun 2013-2014. "Sebanyak 42 paper manajemen bencana dan 32 paper perubahan iklim dikirim oleh kampus ini," jelasnya. ITS pun ditargetkan oleh Kemenristek Dikti pada tahun 2019 untuk masuk dalam perguruan tinggi 500 besar dunia. Hal ini juga perlu didukung dengan banyak riset, dan paper internasional. Dengan demikian, penelitian masalah kebencanaan bisa sangat berkembang luas.
Dalam mengahadapi bencana, Jumain menjelaskan perlu adanya sistem logistik yang terkoneksi dalam urusan kebencanaan. "Karena ketika bencana terjadi yang selalu dikhawatirkan masyarakat adalah kebutuhan logistik seperti makanan," jelasnya. Tak hanya itu, dalam diskusi ini Jumain berharap hasil riset yang dilakukan berbagai perguruan tinggi mengenai mitigasi segara bisa digunakan oleh masyarakat luas dan dikomersialkan.
Sementara itu, Arie menjelaskan mengenai ketahanan air di wilayah Indonesia. Dikarenakan kenaikan suhu bumi beberapa waktu terakhir, hal ini mengakibatkan wilayah indonesia mengalami tingkat intensitas hujan yang cukup tinggi. Hal itu menjadikan sumber daya air indonesia mempunyai potensi air dengan peringkat lima besar di dunia. "Tapi mengapa di daerah Indonesia masih selalu ada kekurangan air," tanyanya.
Ia menjelaskan hal ini dikarenakan ketahanan air indonesia masih terbilang paling rendah. Menurutnya, ketahanan rendah ini disebabkan karena Indonesia tidak bisa mendistribusikan penduduknya, semuanya terkonsentrasi di Pulau Jawa. Padahal jumlah air di pulau itu hanya sebesar 1200 meter kubik per tahun meskipun jumlah air yang ideal untuk suatu wilayah adalah sebesar 1600 meter kubik per tahun. Menurut Arie, potensi air terbanyak justru berada di Pulau Papua.
ITS Bagikan Buku
Dalam seminar kali ini, ITS juga membagikan Hasil penelitian Pusat Studi Kebumian, Bencana dan Perubahan Iklim (PSKBPI) ITS selama 5 tahun terakhir. Dikatakannya, sedikitnya penelitian yang telah terkumpul yaitu sebanyak 96 paper dimana 74 paper diantaranya dibentuk dalam format Ms. Word yang bisa diedit.
Sehingga, lanjutnya, dari sejumlah paper tersebut dibagi lagi untuk beberapa fokus buku yaitu Manajemen Bencana, Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim. Ia mengaku buku-buku tersebut nantinya juga akan diberikan kepada para pemangku kepentingan di kabupaten/kota seperti BPBD, ESDM, PUPR, BLH, dan perguruan tinggi lain serta LSM. ”Harapannya bisa menjadi acuan dan pedoman dalam pengurangan risiko bencana di Indonesia,” tutupnya. (ila/man)
Kampus ITS, ITS News – Ikatan Orang Tua Mahasiswa (Ikoma) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menunjukkan komitmennya dalam mendukung
Nganjuk, ITS News — Tim Pengabdian kepada Masyarakat (Abmas) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) berhasil membangun dan mengimplementasikan Kumbung
Kampus ITS, ITS News – Transparansi informasi merupakan hal yang krusial dalam keberlanjutan sebuah institusi. Berangkat dari inisiasi tersebut,
Surabaya, ITS News – Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) memperkuat perannya dalam mendorong pendidikan berkelanjutan melalui audiensi bersama Dinas