Mengangkat tema Sounding for Absent Citizen, Bintang Putra menjelaskan tema tersebut diambil karena masyarakat Tambak Bayan yang semakin tidak terlihat oleh dunia luar. "Mereka memiliki masalah sengketa tanah dengan salah satu hotel di sana dan di pengadilan mereka kalah. Saat ini, masyarakat Tambak Bayan berada dalam kondisi status quo," terang salah seorang panitia dari Despro ITS ini.

Oleh karenanya, Kenta bersama Despro ITS mengundang para pelaku kreatif seperti komunitas-komunitas kreatif, mahasiswa, maupun pekerja untuk membuat sebuah proyek bagi mereka. Bintang menjelaskan proyek tersebut ditujukan guna melihat respon dari masing-masing pelaku kreatif untuk kasus seperti Tambak Bayan ini. "Peserta terbagi menjadi delapan tim dan akan membuat sebuat proyek, ada yang mengenai sosial, mengenai ekonomi, dan lain sebagainya," ujar Bintang.

Tak tanggung-tanggung, delapan peserta seminar tersebut berasal dari Tokyo Zokei University. Meski begitu, mereka pun tak segan untuk sekedar berbaur dengan masyarakat Tambak Bayan. "Delapan peserta tersebut tak lain adalah mahasiswa Kenta Kishi di Jepang. Mereka sangat antusias dengan seminar ini," ujar Bintang. Masing-masing peserta asal negeri Sakura tersebut pun terdistribusi dalam tiap kelompok sehingga terdapat mahasiswa gabungan asal Jepang dan Indonesia dalam satu kelompok.

Lebih lanjut, ia mengungkapkan sistem yang digunakan adalah dengan melakukan kontak langsung dengan masyarakat kampung. "Bisa dengan wawancara dengan masyarakat lokal atau sekedar jalan-jalan di dalam kampung demi melihat kondisi dalam kampung," ujar Bintang.

Di akhir, ia menyampaikan proyek ini akan mulai dibuat selama empat hari sejak Sabtu (1/8). Sedangkan pada Rabu (5/8), proyek akan dipresentasikan dan langsung diaplikasikan untuk masyarakat kampung Tambak Bayan. "Adapula consultation teacher yang akan memfasilitasi konsultasi masing-masing proyek kepada Kenta," tutupnya. (oti/man)