Disambut ramah oleh para warga desa Sumberejo memacu semangat para pejuang IFI dalam memulai pengabdiannya. "Terimakasih telah memilih desa kami sebagai tempat pengabdian, semoga dapat memberikan pengajaran terbaik bagi siswa SD Sumberejo," tutur Armo Eko Purwanto S sos, tokoh masyarakat Desa Sementara Desa Sumberejo. Pria yang pernah menjabat sebagai kepala desa pada periode sebelumnya tersebut juga berpesan agar lebih bersabar dan memaklumi tanggapan warga yang kurang berkenan. "Maklumi saja mayoritas warga kami adalah lulusan SD dan SMP," jelas Eko.
Dari 70 mahasiswa tersebut, 23 orang diantaranya adalah para pengajar yang ditugaskan di dua sekolah dasar yang berbeda. Tinggal di rumah seorang mantan kepala desa, para pejuang IFI biasa berjalan sejauh tak kurang dari 1 km untuk menuju ke sekolah tersebut. Pukul 03.00 WIB, para pengajar sudah bergantian mandi dan bersiap untuk menuju tempat mengajar. Semangat yang digaungkan melalui yel-yel sebelum berangkat siap ditularkan pada murid-murid sekolah dasar (SD) Sumberejo.
Tiba di sekolah tempat mengajar, para pengajar tangguh ITS Education Care Center (IECC) disambut oleh senyum polos murid-murid desa Sumberejo yang tengah menanti kedatangan mereka. Tak dapat dipungkiri hasil pengajaran IFI membuahkan hasil yang baik. Di hari ketiga pengajaran, para murid bahkan yang masih duduk di kelas satu telah bersiap menyapu kelas masing-masing. Menata sepatu dengan rapi di depan kelas. Pukul 07.30 WIB bel masuk berbunyi, pembelajaran di kelas pun diawali dengan doa.
"Dalam mengajar memang harus disiplin, namun disiplin itu bukan keras," tutur Alma Firda Aghnia salah satu pengajar tangguh IECC. Mahasiswi yang bercita-cita sebagai guru tersebut juga menjelaskan bahwa dalam mengajar diperlukan kesabaran dan ketelatenan. "Kalau kita baik dan telaten maka murid akan terkesan dengan kita, kalu sudah terkesan akan mudah menanamkan karakter,"jelas mahasiswi Jurusan Kimia angkatan 2013 tersebut.
Selama tak kurang dari 20 hari, para pejuang IFI akan menekuni rutinitas pengabdiannya. Mulai dari memberikan pengajaran di sekolah, mengajar mengaji di sore harinya, hingga memberikan pelatihan keterampilan pada warga setempat. Berbeda dengan IFI pada tahun sebelumnya yang hanya digelar selama 7 hari, kali ini IFI akan lebih mendekatkan diri dengan warga desa. "Tahun ini target kami bukan hanya mengajar siswa sekolah namun juga mengabdi pada warga sekitar," jelas Muhammad Ishar direktur IECC.
Pasalnya, dalam empat tahun ke depan, IFI akan hadir di desa Sumberejo lagi. "Tahun ini semacam pengondisian yang kita lakukan untuk menanamkan budaya membaca dan karakter pada siswa," jelas Ishar. Selanjutnya ia berharap setelah empat tahun kedepan, masyarakat Sumberejo akan lebih mandiri dalam ekonomi dan sadar budaya membaca. (dza/fin)