ITS News

Sabtu, 20 Desember 2025
12 Juni 2015, 12:06

Kumpulkan Mahasiswa Asing, ACG Gelar Pertunjukan Budaya

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Dalam acara ini, peserta ACG yang berasal dari berbagai negara saling unjuk kebolehan di panggung pertunjukan. Tiap negara punya caranya sendiri untuk menunjukkan kebudayaan negaranya. Peserta dari Malaysia misalnya, meskipun sendirian, namun dia tetap bersemangan menampilkan lagu dan pantun khas melayu.

Beda lagi dengan peserta dari Thailand yang menggunakan cara permainan tradisional dan lagu Thailand yang menggoyang panggung dengan tawa dan kehebohan. Lima orang peserta dari Thailand menggunakan permainan tradisional Thailand, Rowing a Boat. "Permainan ini adalah permainan populer di anak-anak Thailand," ungkap Khunna Pat, salah satu peserta dari Thailand,
Permainan Rowing a Boat pun dilanjutkan dengan pemutaran lagu yang melegenda di Thailand yakni Qo Chae Lat Ber To. Karena kehebohan aksi kelima mahasiswa dri universitas Chulalangkorn ini, para peserta lain pun akhirnya turun dari tribun untuk berjoget bersama mahasiswa Thailand. "Saya senang karena peserta lainnya juga heboh," ungkapnya sambil tertawa.
Tak mau kalah dengan Malaysia dan Thailand, lima mahasiswa internasional ITS juga bergabung untuk membuat petunjukan bersama. Meskipun berasal dari negara berbeda-beda dan bukan mahasiswa ASEAN, lima mahasiswa Internasional ini tetap antusias membawakan drama pertunjukkan tentang persatuan dan kepercayaan dalam kerja bersama.  
Lain lagi dengan Indonesia, jumlah peserta yang banyak membuat peserta Indonesia akhirnya dipisah per regional. Jawa Timur misalnya, peserta yang berasal dari regional ini pun menampilkan drama dan lagu khas Jawa Timur yakni Cublak-Cublak Suwung dan Mlaku-Mlaku Nang Tunjungan. Begitu pula peserta dari Jawa Barat yang menyanyikan lagu Manuk Dadali, dan Jawa Tengah juga dengan drama dan lagu. 
Uniknya, baik peserta maupun panitia mengenakan pakaian tradisional daerahnya masing-masing dalam pentas kebudayaan ini. Malaysia misalnya, peserta menggunakan baju setelan dengan sarung tenun diikatkan di pinggangnya. Begitu pula peserta Indonesia yang menggunakan berbagai macam jenis batik dan setelan khas daerah.
Memang sudah ditentukan peserta harus menggunakan pakaian tradisional daerahnya masing-masing. Hafizh Kus Rizkytama, ketua panitia AYCF ini mengungkapkan hal ini merupakan perwujutan tema AYCF Tahun ini yakni Harmony in ASEAN. ”Melalui kostum dan konser kebudayaan, diharapkan peserta lebih memahami peserta negara satu dengan yang lainnya," ujar mahasiswa yang akrab disapa Hafizh ini.
Dengan adanya acara ini, diharapkan dapat terjalin persahabatan antara mahasiswa Indonesia dengan mahasiswa ASEAN lainnya. Dengan bekerja bersama, maka akan tercipta pemahaman dan toleransi antara budaya satu dengan lainnya. "Mengingat era ASEAN Economic Community (AEC) segera dimulai, maka sudah sepantasnya mahasiswa ASEAN bersatu untuk menghadapi tantangan global," pungkasnya. (gol/fin)

Berita Terkait