Rektor ITS, Prof Dr Ir Triyogi Yuwono DEA, dalam sambutannya mengungkapkan dua faktor kunci Indonesia dalam menghadapi AEC, yaitu SDM dan inovasi. Menurutnya, peran insinyur sangat dibutuhkan untuk mewujudkan hal tersebut. "Tapi sayangnya, jumlah insinyur di Indonesia masih sangat kurang jika dibandingkan dengan negara ASEAN lain," ungkap Triyogi. Ia juga menambahkan, mayoritas insinyur di Indonesia hanya menjadi operator, sehingga ruang gerak untuk berinovasi juga sempit.
Sementara itu, sebagai narasumber, hadir Ir Yuddy Setyo Wicaksono MT, Direktur Produksi PT Pembangkit Jawa-Bali (PJB). Yuddy menerangkan, aspek SDM juga menjadi salah satu tantangan terbesar perusahaannya dalam menghadapi AEC. "Saat ini, kebanyakan perusahaan lebih membutuhkan tenaga kerja siap pakai. Untuk itu, penyesuaian kurikulum Peguruan Tinggi (PT) hingga SMA perlu dilakukan," ujar Yuddy.
Sementara itu, Direktur Maintanance and Information Technology PT Garuda Indonesia, Ir Iwan Joeniarto, turut menyampaikan hal senada. Diakui Iwan, ahli dalam bidang penerbangan di Indonesia masih sangat minim jumlahnya. Padahal, industri penerbangan menjadi salah satu industri paling vital di suatu negara. "Sebenarnya ITS memiliki potensi besar untuk memenuhi kebutuhan ini. Kami pun siap membantu dari segi tenaga pengajar dan fasilitas pendidikan," tutur Iwan.
Tak hanya itu, Yuddy dan Iwan turut membagi beberapa tips untuk menjadi insinyur profesional dambaan perusahaan. Salah satu hal yang digarisbawahi adalah sikap individu. "Kami tidak membutuhkan tenaga kerja yang hanya mampu. Justru yang mau berjuang dan tidak pantang menyerah untuk bersaing adalah yang kami cari," ungkap Yuddy.
Ia pun menambahkan, mayoritas mahasiswa fresh graduate selalu merasa paling pintar saat pertama kali bekerja. Menurutnya, inilah hal yang paling berbahaya. "Ini dapat membuat pegawai senior enggan membagi ilmunya. Akibatnya, ilmu-ilmu baru selama bekerja tidak akan bisa diserap," ujar pria kelahiran Kebumen tersebut.
Di sisi lain, Iwan menekankan kepada komitmen dan konsistensi seorang sarjana teknik. "Di tengah krisis jumlah insinyur di Indonesia, ternyata justru banyak sarjana teknik yang bekerja tidak sesuai keilmuannya," ujar Iwan. Untuk itu, alumni ITS ini menghimbau para mahasiswa ITS untuk fokus dengan bidangnya saat bekerja nanti.
Lebih lanjut, Iwan menjabarkan beberapa hal yang harus dimiliki seorang insinyur, antara lain adalah integritas dan jaringan yang luas untuk mendukung berkembangnya perusahaan. Selain itu, seorang insinyur juga harus memiliki kompetensi yang mumpuni. "Tidak hanya dari segi teknik, saat ini kemampuan bahasa asing juga telah menjadi hal yang paling penting," tegas Iwan.
Di akhir, Indra Chandra ST MT, Head of Product Design and Engineering Department PT Toyota Manufacturing Indonesia, tak mau ketinggalan membagi ilmunya. Menurutnya, selain harus memiliki kompetensi mumpuni dan jiwa pantang menyerah, seorang insiyur juga harus berdedikasi tinggi kepada pekerjaannya. "Di samping itu, jiwa kreatif dan inovatif juga wajib dimiliki. Dalam bekerja, kita harus berani mengambil risiko, tapi tetap dengan pertimbangan yang matang," pungkas Indra. (ayi/ady)