ITS News

Jumat, 19 Desember 2025
21 Februari 2015, 17:02

Mahasiswa Teknik Ikuti Pelatihan Tanggap Bencana

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Sebagai badan koordinasi penanggulangan bencana yang ada di ITS, Mahagana bertanggung jawab untuk meningkatan pengetahuan mahasiswa terhadap tindakan tanggap bencana. Melalui tanggung jawab tersebut, Mahagana mendatangkan Nanang S Dirja dari organisasi Oxfam sebagai pembicara dalam coaching clinic kali ini.

Nanang menerangkan, untuk mengurangi risiko bencana dapat dilakukan melalui tiga cara yakni, melakukan mitigasi bencana, analisa risiko bencana, serta melakukan tindakan siap siaga. Untuk bidang mitigasi bencana, kata Nanang, dapat dilakukan secara struktural maupun secara non struktural.

Secara struktural, dapat dilakukan melalui pembangunan infrastruktur, sedangkan secara non struktural, dapat dilakukan melalui pembuatan kebijakan, perencanaan wilayah, serta pengaturan kapasitas. Untuk analisis risiko bencana terdiri dari tiga bagian penting, yakni ancaman, kerentanan, serta kapasitas.

Untuk metode analisis risiko yang lazim digunakan, Nanang menyebutkan beberapa jenis. Yaitu, desk analysis, partisipatif, GIS(Geographic Information System) ataupun QGIS (Quantum Geographic Information System), open street map, serta melalui mobile phone. Untuk mempersiapkan kesiapsiagaan, dapat dilakukan melalui pelatihan, pembentukan tim dan divisi, serta konsep evakuasi. "Ketiga hal tersebut tak lepas dari penggunaan teknologi modern" Ungkap Nanang.

Selain Nanang, Dra Tri Dani Widiastuti MSi MT, peneliti di Pusat Studi Kebumian Bencana dan Perubahan Iklim LPPM ITS, juga memberikan topik diskusi tentang bencana hidrometeorologi.  Dalam hidrometeorologi, banjir merupakan dampak tindakan manusia. Dimana manusia banyak membuang sampah sembarangan. Hal ini mengakibatkan aliran air dari hilir hingga hulu tidak dapat berjalan dengan lancar. "Sedangkan untuk kota Surabaya sendiri,  meski telah menggunakan puluhan pompa air, tetap saja terjadi banjir. Contohnya saja pada tanggal 13 Maret 2014 lalu," ungkap Tridani.

Dikatakan oleh Tridani, kota Surabaya tidak cocok menggunakan sumur penampungan air untuk menghindari bencana banjir. "Karena kontur tanahnya tidak sesuai. Tanah di Surabaya tidak cukup kuat untuk menahar air. Terkecuali jika  diberikan membran membran plastik yang tentunya membutuhkan biaya besar" tambah Tridani.  

Salah satu bencana lain dampak banjir  adalah bencana kekurangan air tawar. Menurut Tridani, beberapa daerah yang mampu menyimpan air bersih seharusnya dipelihara. "Seharusnya daerah Malang, Trawas, hutan Lindung Bromo, Semeru, dan Tangger dipelihara dan dijaga jauh dari bencana," papar Tridani menerangkan.

Menurut Tridani, penyebab salah satu bencana Hidrometeorologi adalah dikarenakan efek pemanasan global. "Mulai dari penggunaan energi secara berlebihan, penggunaan bahan dengan semprotan seperti parfum, kulkas, AC, mampu meningkatkan efek rumah kaca," Tandasnya.

Untuk itu, Tridani mengaku telah mengajak mahasiswa serta masyarakat  mencegah terjadinya bencana dengan  menggunakan rumah minimalis, green building concept,  energi minimalis, menggunakan bangunan dengan bukaan  yang banyak supaya cahaya matahari mampu menerangi ruangan, serta melakukan penghijauan. (ven/ady)

Berita Terkait