Dalam paparan program kerja strategis ITS miliknya, Joni ingin menjadikan ITS sebagai kampus riset bertaraf internasional.  Menurutnya, jumlah publikasi jurnal ilmiah internasional harus diperbanyak. Sebab, hal itu adalah salah satu dari beberapa parameter yang paling berpengaruh. ”Untuk itu program pascasarjana ITS harus kuat,” papar Guru Besar Jurusan Teknik Lingkungan ITS ini.

Selain kedua hal tersebut, Joni juga ingin menjadikan ITS sebagai good university governence. Selanjutnya, menjadikan ITS sebagai kampus yang lebih berkontribusi terhadap masyarakat dan menjalani masa transformasi organisasi ITS dari PTN-BLU menjadi PTN-BH dengan lancar menjadi harapan berikutnya.

Dengan demikian, ia meyakini bahwa ITS nantinya akan bisa mandiri. Seperti melalui program revenue generator, ITS dapat membangun asset management dalam ITS Business Centre untuk pemasukan cash-flow bulanan. ”Sehingga dosen lebih bisa fokus untuk mengajar mahasiswa. Namun, beratnya mengimplementasi perubahan ITS menjadi PTN-BH itu ibarat membangun sebuah usaha,” terang Joni.

Untuk mencapai itu semua, Joni telah merumuskan langkah strategi pengembangan ITS yang terbagi dalam tiga tahap. Pertama yakni strategic alignment yang akan ia coba impelmentasikan pada tahun 2015 hingga 2016. Dalam hal ini, Joni mencoba mentransformasikan kultur ITS dari PTN-BLU menjadi PTN-BH. Kemudian mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas sesuai visi ITS. ”Yaitu komprehensif dan dapat bekerjasama dalam tim,” imbuh Joni.

Sedangkan langkah kedua pria kelahiran 18 Agustus tahun 1960 ini yaitu strategic networking. Melalui hal itu, Joni ingin meningkatkan jaringan informasi dan komunikasi ITS baik hubungan internal maupun eksternal. Strategi ini ditarget Joni akan berjalan pada 2016 hingga 2017 mendatang. Pengembangan sistem penjaminan mutu internal, sistem data infrastruktur dan suprastruktur terintegrasi pun ia pilih selain customer relationship management alumni dan pengembangan database riset sebagai langkah inisiatif strategis.

Ketiga, joni mematok langkah strategic performing and sustaining yang akan ia rampungkan mulai tahun 2017 hingga 2019. Dalam hal ini, meningkatkan peran dan kontribusi ITS untuk mengembangkan program-program yang bersifat afirmatif, mendukung kesetaraan pendidikan nasional dan internasional menjadi pilihan Joni.

Bukan Alumni ITS

Ditanyai soal beredarnya isu beberapa pihak yang tidak rela akan kemenangannya karena  berlatar belakang pendidikan bukan ITS, Joni menjawab ringan. Menurutnya, ia tak mau ambil pusing mengenai hal tersebut. ”Itu sudah ibarat bawaan lahir saya kok. Hampir 30 tahun saya telah mengabdi untuk ITS,” ungkap bapak empat orang anak tersebut.

Menurutnya, bukan jamannya lagi sivitas akademika ITS mempermasalahkan hal-hal demikian. Yang terpenting justru bagaimana cara ITS dalam menyiapkan lulusan terbaiknya untuk menghadapi AEC 2015. Semua Perguruan Tinggi di Indonesia justru harus bekerja sama untuk membendung segala dampak negatif yang akan datang. ”Jangan sampai kita malah jadi kuli di negeri sendiri,” tegas Joni.

Meski bukan alumni ITS, Joni percaya bahwa hal itu tidak akan mempengaruhi dukungan IKA ITS terhadap dirinya. Dia juga mengaku bahwa sudah menjalin komunikasi jauh-jauh hari sebelum terpilih. ”Saya sudah berdiskusi dengan Ketua IKA ITS, Ir Irnanda Laksanawan seputar program kerja yang akan saya usung. Pembicaraan kami cukup lama, sekitar tiga jam,” aku Joni.

Diakui Joni, saat ini dia masih punya waktu untuk menyiapkan semua itu hingga bulan April mendatang. ”Pasca saya dilantik, saya juga masih dibantu oleh wakil rektor yang lama hingga bulan Agustus. Saya harus bisa memanfaatkannya,” tutup Joni. (ao/man)