Menurut Maliki, semua kendala tersebut adalah alasan yang dibuat-buat. Ia pun memberikan cara mengatasi salah satu kendala tersebut, grogi. Ia menyarankan peserta untuk membiasakan diri berbicara di depan umum. ”Salah satunya melalui presentasi, termasuk dalam pembelajaran di kelas,” sarannya.

Selain itu, lanjut Maliki, dalam memberikan materi, seorang pembicara harus memperhatikan isi materinya. Hali ini diperlukan agar materi tersebut tidak menyinggung perasaan orang lain. "Sesuatu yang lucu bagi seseorang, bisa jadi merupakan hal yang menyakitkan bagi orang lain. Oleh karena itu pelajari sikap agar tidak membuat orang lain tersinggung," ucapnya.

Selama acara berlangsung, peserta tidak hanya mendapat materi saja, tetapi juga mendapat kesempatan praktik public speaking. Menurut Habibi Rurrohman, seorang penjual jasa marketing tabungan, ia berhasil mengurangi grogi saat berbicara di depan umum. "Saya berhasil mengurangi grogi saya karena memang itu tujuan saya datang kemari. Melalui acara ini, saya berharap mampu berbicara di depan para customer saya," terang pria asal Bojonegoro tersebut.

Usut punya usut, sebelum berlangsungnya ODT Public speaking tersebut, Maliki bermaksud mengetes peserta. Alhasil, ia pun mencukur botak rambut kepalanya sehari sebelum acara. "Saya sengaja botak, karena saya tahu orang mau mendengar saya bukan karena fisik saya. Tapi karena isi omongan saya," ungkap Maliki kepada peserta.

Ungkapan tersebut sontak menuai gelak tawa dari peserta. Dari tindakan tersebut, Maliki berharap peserta berani menantang orang lain untuk mendengar mereka bukan karena fisik, melainkan karena kemampuan berbicara mereka.

Dalam acara tersebut, tak kurang dari 80 orang hadir dalam acara tersebut. Peserta yang hadir terdiri dari mahasiswa ITS, siswa SMP, maupun orang orang yang sudah bekerja. "Bahkan ada peserta yang datang dari Bojonegoro dan Jember," terang Gilang Baswara Anggara Putra, selaku ketua panitia. (ven/ady)