Seminar yang digelar di gedung SCC ITS ini menghadirkan sedikitnya tiga pembicara berbeda latar belakang. Yaitu Joseph Erngin Fauzi, Dr Dhany Arifianto ST Meng, dan Sylvia Przywoska.
Dalam pelaksanaanya, presentasi awal dimulai oleh Joseph Erngin Fauzi yang merupakan perwakilan Lingkaran Persahabatan Jerman Indonesia (LiPJI) wilayah Surabaya. Pria yang akrab disapa Joseph ini lantas menjelaskan jika hampir semua universitas di Jerman hanya menawarkan program beasiswa studi lanjut dalam bentuk Bahasa Jerman. Sehingga, lanjutnya, syarat mutlak untuk bisa bersekolah di sana adalah kemampuan setiap individu untuk bisa berbahasa Jerman terlebih dahulu.
Level penguasaan Bahasa Jerman yang dibutuhkan sendiri adalah minimal setingkat A1 dan B1. Level tersebut dapat diperoleh melalui lembaga-lembaga bimbingan belajar atau les Bahasa Jerman yang sudah tersertifikasi. "Misalkan, saya dulu bimbingan di Goethe Zentrum dan Berlin Course Centre yang semuanya kebetulan ada di Surabaya," jelasnya.
Lebih lanjut, sama seperti proses seleksi beasiswa pada umumnya, terdapat beberapa pertanyaan terhadap berkas persyaratan yang telah dikumpulkan. Seperti pertanyaan seputar pencapaian akademik, visi, atau rencana spesifik di masa depan, dan keterkaitan bidang studi yang diambil dengan visi tersebut. "Itu semua bisa kalian kemas dengan model motivation letter dan curriculum vitae," lanjut Pria yang mengaku baru mulai belajar Bahasa Jerman ketika duduk di bangku kelas 12 SMA ini.
Kemudian, hadir sebagai pembicara kedua yaitu Dr Dhany Arifianto ST MEng. Dosen Jurusan Teknik Fisika (JTF) ITS yang akrab disapa Dhany ini mengungkapkan jika ada mahasiswa yang serius ingin bersekolah di luar negeri maka dibutuhkan persiapan minimal dua tahun untuk melengkapi berkas-berkasnya. Sebab, menurutnya untuk melengkapi persyaratan bahasa seperti TOEFL, IELTS dan sebagainya, setidaknya harus dimulai jauh-jauh hari.
Alasannya, ia memperhatikan persyaratan bahasa memang telah menjadi persyaratan umum selama ini. Oleh sebabnya, ketika ada nilai yang dibawah persyaratan minimal maka langsung dinyatakan tidak lolos. "Bayangkan jika panitia harus menyortir berkas begitu banyaknya, ya mudah saja, langsung disisihkan untuk yang tidak sesuai," ceritanya saat pengalaman menyeleksi berkas beasiswa.
Selain itu, yang tak kalah penting dalam melamar sebuah beasiswa adalah hal-hal yang sebenarnya tidak ada di keterangan persyaratan. Yakni beberapa surat keterangan rekomendasi dari alumni beasiswa maupun orang yang pernah bersinggungan langsung dengan pemberi beasiswa tersebut.
Menurutnya, hal ini yang justru yang dicari oleh pihak panitia. Yakni sebisa mungkin peserta pelamar menambahi berkas persyaratannya sendiri. "Misalkan surat berisi telah mendapatkan rekomendasi dari alumni beasiswa Erasmus Mundus dan lainnya, lumayan juga, bobot nilai diterimanya bisa sampai 80 persen pengaruhnya," jelas Dosen yang mengaku pernah bersekolah di Jepang, UK, dan USA ini.
Dari situ, komunikasi yang dijalin sebelumnya merupakan kunci dalam mendapat surat rekomendasi. Misalkan rekomendasi dari seorang profesor institusi yang dituju atau orang-orang yang terlibat dalam kepanitianya. "Inilah yang dimaksud dengan persiapan yang panjang, apabila sudah saling kenal dan memberi rekomendasi pasti bisa langsung diterima di beasiswa manapun," tutur pria berkamata ini.
Sementara itu, Sylvia Przywoska yang menjadi pembicara ketiga menjelaskan jika nilai pada Grade Point Average (GPA) menjadi kunci terbaik dalam mendapatkan beasiswa . Perempuan asa Polandia ini optimis hal ini sangat membantu diterimanya proposal pengajuan beasiswa seperti yang ia alami. "Selain itu, nilai persyaratan bahasa juga tentu harus dilengkapi dengan sempurna," pungkas mahasiswi magister JTF ITS ini. (akh/man)
Jakarta, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menorehkan prestasi nasional dengan memborong empat penghargaan pada ajang Anugerah
Kampus ITS, ITS News — Sebagai bentuk dukungan terhadap riset energi bersih, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menerima kunjungan
Kampus ITS, ITS News — Perpustakaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menegaskan perannya dalam memperkuat ekosistem riset kampus
Kampus ITS, ITS News – Ikatan Orang Tua Mahasiswa (Ikoma) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menunjukkan komitmennya dalam mendukung