ITS News

Jumat, 19 Desember 2025
12 November 2014, 11:11

AKU Peduli CAK Kaji Kenaikan Harga BBM

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Kajian yang dihadiri puluhan mahasiswa ITS ini mengarah pada tanggapan mahasiswa terhadap kenaikan harga BBM yang didasari pada empat kebijakan. Diantaranya kebijakan energi, kebijakan ekonomi, kebijakan sosial, dan kebijakan politik.  

Dari segi kebijakan energi, Adhitya Kurniawan menjelaskan bahwa spesifikasi kilang di Indonesia masih kurang, sehingga Indonesia masih harus mengekspor minyak dan gas dari luar negeri.  Menurut mahasiswa Jurusan Teknik Fisika ini, isu BBM adalah masalah lama yang kembali diangkat. "BBM sudah dibahas sejak pemerintahan Megawati, kemudian SBY (Susilo Bambang Yudhoyono, red), dan sekarang Jokowi juga mengangkat kembali isu BBM ini," ungkapnya.

Menurut Adhit subsidi berkaitan dengan seluruh aktivitas ekonomi di negara. ”Masalah yang sebenarnya bukanlah harga subsidi yang naik. Masalahnya adalah apakah subsidi tepat sasaran?" tanya Adhit.

Menurut Pasca H Winanda,  Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sendiri memang dirancang defisit. Untuk menutupi kekurangan dana, pemerintah meminjam dari negara lain yang kemudian berdampak pada peningkatan utang negara. ”APBN sengaja defisit, sehingga tak sepenuhnya benar subsidi BBM mengakibatkan defisit APBN," terang mahasiswa Jurusan Teknik Mesin ini. 

Selain itu, Pasca menjelaskan bahwa kenaikan BBM biasanya dianggarkan pada pembangunan infrastruktur dalam negeri. Namun faktanya, aliran anggaran  infrastruktur tidak jarang terbagi ke beberapa hulu. ”Ketika BBM naik, akan mengarah pada infrastruktur, tetapi jika tidak diserap secara bagus akan percuma,” ungkap Pasca.

Kenaikan harga BBM diduga akan berdampak besar kepada masyarakat golongan menengah kebawah. Hal tersebut pun dapat mempengaruhi kenaikan tingkat kemiskinan.”Ketika Jokowi mampu menaikkan harga BBM namun tetap mampu mengurangi kemiskinan, itu nggak apa-apa,” imbuhnya.

Beberapa solusi akhirnya didapatkan dari kajian tersebut. Diantaranya pemerintah dapat memaksimalkan potensi penerimaan pajak, serta nasionalisasi perusahaan minyak dan gas. Selain itu juga melakukan konversi bahan bakar minyak (BBM) menjadi bahan bakar gas (BBG) tanpa harus menaikkan harga subsidi.

Untuk keberlanjutan kajian tersebut komunitas AKU Peduli CAK ini akan mengambil beberapa langkah kecil. Misalnya, penyadaran mahasiswa di kampus tentang kenaikan harga BBM, mendorong anak anak Indonesia untuk mencari inovasi energi baru, serta berkoordinasi dengan BEM ITS untuk keberlanjutan kajian tersebut. "Kita harus mengambil sikap untuk menghadapi kebijakan ini. Janganlah kita menjadi apatis,” pungkas Pasca. (o10/sha)

Berita Terkait