ITS News

Jumat, 19 Desember 2025
13 September 2014, 15:09

Kawasan Timur, Masa Depan Migas Indonesia

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Berbagai potensi penyimpanan migas yang melimpah di daerah Indonesia Timur ini disampaikan langsung oleh Awang Harun Satyana, Chief Spesialist Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas). "Kami sengaja mengundang Awang, karena kebetulan beliau adalah teman saya. Ia merupakan ahli eksplorasi migas yang sangat cemerlang," ungkap Dr Ayi Syaeful Bahri S Si MT, Ketua Jurusan Teknik Geofisika.

Menurut Syaeful, kuliah tamu ini sudah diagendakan cukup lama karena merupakan acara rutin di Jurusan Teknik Geofisika. Tujuannya, tak lain ingin mendekatkan dunia akademik dengan dunia profesional. "Dengan begitu, tidak akan ada batas di antara keduanya. Selain itu, mahasiswa nantinya bisa bertanya langsung pada Awang yang memang sudah ahli di bidangnya," tutur Syaeful.

Dalam paparannya di kuliah tamu ini, Awang menjelaskan sangat detail mengenai potensi yang terdapat di wilayah Indonesia Timur. Mulai dari penemuan dan peluang migas yang terdapat di sana, tantangannya, hingga resiko melaksanakan eksplorasi di sana. ”Kelak, wilayah eksplorasi migas akan bergeser ke kawasan Indonesia timur,” tuturnya.

Tak hanya itu, Awang juga menunjukkan peta potensi migas di wilayah Indonesia Timur secara langsung kepada peserta. Dalam peta tersebut, tampak jelas bahwa terdapat banyak lapangan-lapangan penyimpanan migas, bahkan lebih banyak daripada Indonesia Barat. Studi yang telah dilakukan SKK Migas memperkirakan ada cadangan gas bumi mencapai 55 TSCF (trillions of standard cubic feet) di wilayah Indonesia timur. Jauh lebih besar dibandingkan potensi minyak bumi yang hanya 656 juta MSTB (million stock tank barrels). "Dari peta ini, sudah seharusnya kita tidak hanya bergerak di wilayah bagian Indonesia Barat. Indonesia Timur pun menunggu kita," ungkap Awang tegas.

Tapi, Awang memberi catatan bahwa eksplorasi migas di wilayah Indonesia Timur bukan perkara yang mudah. Saat ini banyak perusahaan yang enggan untuk bergerak ke Indonesia Timur karena banyaknya risiko yang harus dihadapi. Mulai dari sedikitnya fasilitas yang memadai hingga perbedaan kondisi geologi di sana. "Bayangkan jika perusahaan mau mengeksplorasi migas di Papua. Hal itu akan sangat sulit karena jalan untuk mobil pengangkut saja di sana juga sangat jarang," jelas Awang.

Bahkan, menurut Awang, kondisi geologi di Indonesia Timur tegolong tidak stabil dan sangat berbeda dengan wilayah Indonesia Barat. Berdasarkan peta tektonik yang ditunjukkan Awang, wilayah Indonesia Timur memiliki kerak benua yang mirip dengan Australia. "Jadi, jika ingin mengeksploarsi migas di Indonesia Timur, perusahaan akan menggunakan konsep yang sama saat mengeksplorasi migas di Australia. Hal ini akan menjadi sangat sulit jika para teknisi Indonesia tidak memiliki banyak ide cemerlang untuk inovasi eksplorasi," terangnya.

Oleh karena itu, Awang sangat berharap nantinya mahasiswa ITS mampu untuk berpikir kritis tentang bagaimana caranya melakukan eksplorasi yang inovatif. "Karena kebanyakan orang Indonesia itu saling menunggu, tidak mau berpikir sendiri. Saya harap mahasiswa ITS nantinya bisa terbuka pikirannya untuk menjadi teknisi yang kreatif demi Indonesia," jelasnya.

Carilah Migas di Pikiran
Dalam kuliah tamu ini, Awang tidak hanya memberi wawasan mengenai migas, namun ia juga memotivasi mahasiswa dengan kata-kata andalannya. "Carilah migas di pikiran kalian," ungkapnya berulang-ulang. 

Kata-kata tersebut tidak diungkapkannya tanpa dasar. Menurut cerita Awang, kata-kata tersebut dikutipnya dari seorang ahli migas. "Ini karena semua eksplorasi minyak akan disetir oleh seorang engineer, bukan hanya lewat penemuan-penemuan saja," ujar geolog Indonesia ini. 

Bagi Awang, para engineer muda harus bisa mengolah data-data para peneliti terdahulu agar dapat mengumpulkan informasi yang banyak. Selain itu, bagi yang masih berstatus sebagai mahasiswa, bisa juga mengumpulkan informasi dari catatan kuliah, publikasi jurnal, maupun buku tugas akhir. "Informasi-informasi itu nantinya bisa digunakan sebagai referensi. Karena jika punya banyak referensi, maka secara otomatis 50 persen dari pekerjaan kita bisa dikatakan selesai," pungkasnya. (pus/ady)

Berita Terkait