Dalam sambutannya, Nuh mengucapkan apresiasi dan terimakasihnya kepada mahasiswa dan dosen ITS yang terlibat dalam pembuatan Molina. Menurutnya, Molina merupakan jawaban terhadap tantangan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang menginginkan Perguruan Tinggi (PT) Indonesia bisa menguasai teknologi mobil listrik dan memproduksinya. ”Alhamdulillah adik kita dan dosen bisa menunjukkan bagaimana pembangkit mobil listrik bisa dibuat,” ujar Nuh di Kantor Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), Jakarta.

Presiden SBY memang pernah meminta perguruan tinggi di Indonesia untuk menciptakan sarana transportasi, khususnya mobil dan motor yang efisien, ramah lingkungan, hemat energi, atau bahkan tidak menggunakan Bahan Bakar Motor (BBM). Kemdikbud pun menunjuk lima PT di Indonesia untuk tergabung dalam pilot project mobil listrik nasional. Keempat PT tersebut adalah ITS, Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Indonesia (UI) dan Universitas Sebelas Maret (UNS).

Nuh berharap, prestasi membanggakan ini tidak hanya berhenti di sini saja. Ia mengatakan masih banyak yang perlu diperbaiki dan dikembangkan. ”Jika mobil bertenaga surya yang ikut kompetisi tingkat dunia di Australia telah mampu mencapai 870 kilometer (km), mudah-mudahan ke depannya bisa lebih ditingkatkan lagi,” ucap mantan rektor ITS ini.

Tidak setengah-setengah, ITS tidak hanya menciptakan mobil listrik saja dalam mendukung transportasi ramah lingkungan. Molina yang diikutkan Tour de Java ini terdiri dari dua mobil listrik, satu mobil tenaga surya serta satu mobil modifikasi hemat energi. Masing-masing adalah Ezzy 1, Ezzy 2, Sapu Angin dan Lowo Ireng.

Menggunakan plat nomor bertuliskan ‘Uji Coba’, keempat mobil ini akan dipulangkan ke Kota Pahlawan dengan test drive kembali dalam rute yang berbeda. Kali ini, rute yang ditempuh adalah Jakarta-Bandung-Yogyakarta-Surabaya. Molina diperkirakan tiba di Surabaya pada Selasa (6/5). (mis/fin)