ITS News

Sabtu, 20 Desember 2025
21 April 2014, 11:04

FP ITS Bahas Redefinisi Emansipasi Wanita

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Berbicara mengenai emansipasi wanita, selalu saja terdapat banyak pro dan kontra di dalamnya, terutama jika sudah menyangkut agama. Bahkan, tak jarang emansipasi wanita menimbulkan konflik antara wanita dan pria. Menurut Yulyani, pembicara yang diundang dalam acara tersebut, kini banyak wanita yang menyalah-artikan kata emansipasi wanita.

Dengan adanya emansipasi wanita, kini sebagian besar wanita memilih karier sebagai jalan hidupnya. Namun, seiring berjalannya waktu, banyak wanita yang cenderung melupakan fungsi dan kewajibannya sebagai wanita karena terlalu sibuk berkarier. Hal itu mengakibatkan banyak perpecahan dalam keluarga seperti fakta bahwa kini 70 persen keluarga berakhir dengan perceraian.

Banyak cerita mengenai anak-anak yang justru malah dekat dengan pembantunya daripada ibunya. Belum lagi cerita penyimpangan seksual anak lantaran menjadi korban asusila dari sopir dan pembantunya. "Sebagai seorang ibu, kita harus ingat pembantu hanya bertugas membantu, yang membesarkan anak haruslah kita sendiri," ingat wanita yang akrab disapa Yeyen ini.

Anggota Dewan Perdagangan dan Industri Jawa Timur ini juga mengingatkan wanita agar tidak menggunakan emansipasi sebagai alasan meninggalkan fungsi dan kewajibannya sebagai wanita. "Karena sejatinya kata emansipasi tidak lagi penting ketika wanita memahami perannya," ungkap wanita yang mendapat gelar Women Of The Year 2006 dari Citra Mandiri Indonesia ini.

Peran yang dimaksud oleh Yeyen dalam diskusi ada lima jenisnya. Mereka adalah wanita sebagai istri, ibu, hamba Tuhan, dan anggota masyarakat. "Yang terakhir adalah wanita sebagai pejuang kebenaran," ungkap Yeyen. Dengan memahami peran wanita tersebut, maka wanita harus menyadari bahwa mereka tidak bisa disejajarkan dengan pria, karena mereka mempunyai fungsi dan kewajiban yang berbeda.

Namun, lanjutnya, bukan berarti wanita tidak bisa aktif dalam berkarier maupun ikut terlibat dalam dunia politik. Malah, wanita seharusnya peduli dan aktif membantu menyelesaikan problema yang terjadi di sekitarnya. "Jangan jadikan emansipasi sebagai alat untuk melawan pria, jadikan emansipasi sebagai jalan untuk bermitra dengan pria demi kebaikan bersama," tegas wanita yang menjadi Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Terbaik Jawa Timur tahun 2006 ini.

Untuk menjalani kelima peran wanita tersebut, maka wanita harus membuat komitmen yang jelas dengan suaminya. Jalan untuk meyakinkan suami, menurut Yeyen, adalah dengan menjalankan kewajibannya sebagai istri dan ibu yang baik terlebih dahulu. "Baru setelah itu wanita berhak meminta restu suami untuk aktif di luar lingkungan keluarga,"pungkasnya. (gol/man)

Berita Terkait