ITS News

Jumat, 19 Desember 2025
12 April 2014, 20:04

Tips Mengajar Dalam Bahasa Inggris

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Salah satunya pembicara dalam workshop tersebut adalah Dr Dhany Arifianto ST MEng. Pria yang akrab disapa Dhany ini mengungkapkan mempelajari Bahasa Inggris dengan melakukan dua cara, yaitu melalui Basic Intrapersonal Communicative Skill (BICS) dan Cognitive Academic Language Proficiency (CALP). Ia menjelaskan BICS merupakan cara mempelajari bahasa menggunakan jalan komunikasi intrapersonal atau sosialisasi. ”Sedangkan CALP adalah cara mempelajari bahasa melalui pembelajaran di kelas,” ungkap dosen Jurusan Teknik Fisika ITS ini.

Menurutnya, melalui metode BICS seseorang bisa memahami bahasa hanya dalam kurun waktu enam bulan. Namun untuk sampai ke tingkat CALP atau pemahaman bahasa edukatif, seseorang akan butuh waktu lima hingga tujuh tahun. ”Sehingga dapat disimpulkan pembelajaran dengan metode CALP akan lebih efektif untuk mahasiswa,” tambahnya.

Namun Dhany mengakui hingga sekarang masih banyak anggapan bahwa mengajar dalam bahasa Inggris itu sulit. Hal itu mengakibatkan ketakutan bagi pengajar untuk menyampaikan materi menggunakan bahasa Inggris. Efeknya mahasiswa pun jadi ikut takut untuk mengikuti mata kuliah. ”Atau bisa jadi, mahasiswa malah bermain Dota (game online, red) karena bosan,” celetuknya.

Faktanya, masih banyak mahasiswa ITS yang belum menguasai materi dalam bahasa Inggris. Hal itu dibuktikan dengan data yang menunjukkan bahwa sedikitnya 400 mahasiswa tertunda proses yudisiumnya dikarenakan permasalahan nilai TOEFL belum memenuhi standar. Menyadari keterbatasan itu, dosen yang mendapatkan gelar masternya di Kumamoto University ini menggunakan metode pengajaran yang meminimalisir penggunaan bahasa.

Caranya adalah dengan menggunakan metode riset atau pemahaman konsep, ekstraksi atau memilih ide kunci, dan asimilasi atau mewujudkan ide, serta yang terakhir adalah present atau membuat hasil membelajaran dapat diterapkan secara langsung dalam kehidupan sehari-hari. Dengan pendekatan itu, materi fisika yang sulit dapat disampaikan secara sederhana.

Ia mencotohkan pengajaran mengenai materi gerak lurus, daripada menyampaikannya secara konvensional dengan gambar dan grafik, Dhany memilih mengajak mahasiswa untuk membuat praktik langsung dengan roket air. "Fisika itu jangan dipelajari, tapi dilakukan," ungkapnya. Dengan begitu, lanjutnya, materi dalam bahasa Inggris bukan lagi menjadi momok bagi mahasiswa maupun dosen.

Tips lain juga diberikan oleh dosen Teknik Industri, Prof Ir I Nyoman Pujawan MEng PhD. Pria yang akrab disapa Nyoman ini mengungkapkan selama mengajar Master of Business Academy (MBA) di Inggris, Nyoman menyadari diskusi merupakan hal yang sangat signifikan dalam kuliah di Inggris. "Bahkan 50 persen jam mengajar di MBA dihabiskan mahasiswa untuk berdiskusi mengenai materi kuliah," ungkapnya.

Hal itu berbeda dengan penyampaian materi kuliah di ITS yang cenderung serius, bahkan membosankan. Maka dari itu, Nyoman menyarankan pengajar agar mengembalikan energi positif di dalam kelas. Caranya adalah dengan memfokuskan diri pada hal positif di dalam kelas. "Contohnya jangan hanya marah saat melihat mahasiswa yang mengantuk di kelas, namun berikan pujian bagi mahasiswa yang mau mengungkapkan pendapatya tentang materi," ungkap Nyoman. Dengan begitu mahasiswa akan lebih termotivasi untuk belajar dan berbicara dalam materi kuliah berbahasa inggris.

Menganai ketakutan pengajar untuk menympaikan materi dalam bahasa Inggris, Nyoman mengungkapkan semua hanya masalah waktu. Ketika pertama kali menjadi pengajar di MBA, Nyoman mengaku sangat nervous. Hal itu berlangsung selama tiga minggu. Setelah itu, Nyoman mulai terbiasa mengajar dalam bahasa Inggris. Maka dari itu, membangun kepercayaan diri adalah hal yang penting bagi pengajar saat menyampaikan materinya.

Hal senada juga diungkapkan oleh Ir Eddy S. Soedjono Dipl SE MSc PhD. Ketua jurusan Teknik Lingkungan ini mengungkapkan latihan secara terus menerus akan membantu membangun kelancaran pengajar. Dan yang tak kalah penting merupakan pemahaman terhadap materi yang disampaikan.

Namun Eddy mengungkapkan pengajar yang belum menguasai bahasa Inggris sebaiknya tidak memaksakan diri. Lebih baik memperlancar bahasa inggrisnya terlebih dahulu baru mulai menyampaikan materi kuliah menggunakan bahasa Inggris. "Karena niat baik saja tidak akan cukup," pungkasnya. (gol/man)

Berita Terkait