ITS News

Sabtu, 20 Desember 2025
25 Februari 2014, 00:02

Menjadi Teknokrat Sejati

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Salah satu program kerja Departemen Pendidikan Keilmiahan dan Teknologi (Piltek) ini mendatangkan dua orang pembicara. Yakni Dr Sutikno SSi MSi dan Tri Mumpuni. "Untuk mengaplikasikan teknologi ke masyarakat harus didasari oleh kebutuhan pengguna agar keberlanjutannya dapat bermanfaat," ujar Sutikno, karyawan Pusat Studi Material dan Nano Teknologi ITS.

Muhammad Akrom Wafaiq, ketua pelaksana, mengatakan kegiatan ini tak hanya berlandaskan pada teori saja. Pihaknya mengaku mendatangkan salah satu tokoh terkemuka di Indonesia, Tri Mumpuni, untuk memberikan motivasi kepada mahasiswa. Pria yang akrab disapa Faiq ini mengisahkan alasan mendatangkan Tri Mumpuni karena salah satu tujuan dari seminar ini adalah sebagai pengaplikasian teknologi di wilayah yang membutuhkan. "Ibu Tri mengembangkan mikrohidro pertama tahun 1997 ke desa terpencil yang mana PLN sulit masuk, dengan pendekatan yang baik dan lumayan sulit hingga penduduk desa menerimanya," kisah mahasiswa Jurusan Teknik Mesin ITS ini.

Dalam pelaksanaannya, Tri Mumpuni mengatakan teknologi itu hal yang netral. Wanita yang mengembangkan 150 mikrohidro di Indonesia ini mengatakan bahwa tak ada alasan penduduk itu menolak teknologi, tetapi kurangnya persuasif dari kita sendiri, "Teknologi perlu diaplikasikan mahasiswa ke masyarakat. Memang ada masyarakat yang belum bisa menerima perubahan tetapi yakinlah mereka bisa gunakan nalar dan hati," kata Tri Mumpuni sembari menceritakan seorang anak lulusan kelas 3SD yang mahir mengoperasikan human machine interface.

Tak lupa, wanita kelahiran Semarang ini juga berpesan kepada mahasiswa ITS agar bisa mengaplikasikan teknologi ke masyarakat sebagai seorang engineer. ”palagi seiring dengan globalisasi yang semakin meningkat dari tahun ke tahun," ujar Direktur Eksekutif Institut Bisnis dan Ekonomi Kerakyatan (IBEKA) ini.

Tri Mumpuni juga berpesan bahwa yang paling utama adalah sebuah pegetahuan harus dikomunikasikan dengan hati. "Kepentingan diri, nafsu akan materi dalam setiap opportunity akan meningkatkan kekuasaan saja. Inilah logika. Inilah yang digunakan orang berpendidikan saat ini," terang Tri Mumpuni. Berbeda dengan ilmu pengetahuan yang dikomunikasikan dengan hati. "Kesejahteraan, integritas pengetahuan dengan perasaan empati yang sangat bagus bisa menjadi landasan pengaplikasian teknologi," lanjutnya.

Melihat banyak investor asing yang menguasai daerah di Indonesia, Tri Mumpuni selalu berharap akan akan muncul teknorat sejati. "Jadilah teknokrat sejati yang memerahputihkan bangsa sehingga tidak akan membuat bangsanya dikuasai investor asing untuk mewujudkan bangsa yang berdaya, mandiri dan terhormat," tutupnya. (riz/man)

Berita Terkait