Oleh : Dadang ITS |
234
|
Source : -
Berbeda dengan tahun sebelumnya, kali ini Lokarina mengusung tema Inovasi Teknologi Berbasik Budaya Maritim Indonesia. Tema ini seakan menegaskan bahwa Indonesia adalah negara maritim, dan budaya maritim di Indonesia memang harus dipertahankan. "Kita ingin menyadarkan generasi muda bahwa kita adalah negara maritim, dan itu harus dikembangkan," jelas Affan hidayat, ketua panitia.
Tahun ini, peserta Lokarina tak hanya diperuntukkan bagi mahasiswa saja. Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) pun diperbolehkan untuk turut berpartisipasi dalam acara yang menjadi bagian dari kegiatan Semarak Mahasiswa perkapalan (Sampan) ke-8 ini. "Kita juga ingin anak SMA lebih peduli dengan maritim Indonesia," imbuh Affan.
Dengan dibukanya kompetisi bagi siswa SMA, maka jumlah peserta Lokarina pun jauh lebih banyak dari tahun sebelumnya. Jika tahun lalu jumlah karya yang terkempul hanya 60 karya, saat ini jumlahnya mencapai 136 karya.
Dari 136 karya, telah dipilih 25 karya terbaik yang diundang ke ITS untuk mempresentasikan karyanya di babak final. 15 diantaranya berasal dari kategori mahasiswa, sedangkan sisanya adalah siswa SMA. Hari pertama diperuntukkan bagi mahasiswa. Kemudian, di hari kedua giliran siswa SMA yang unjuk gigi di depan dewan juri.
Pada babak final, mereka tak hanya mempresentasikan karya tulisnya, namun mereka juga harus memamerkan prototype-nya di depan perpustakaan ITS. Tak ayal, mereka pun saling beradu untuk menarik perhatian para pengunjung. "Mereka terlihat sangat antusias," imbuh Affan.
Sementara itu, Ade Luthfi Nurrohman, salah satu peserta mengatakan, ia sangat senang bisa turut menjadi finalis pada Lokarina tahun ini. Menurutnya, Lokarina merupakan sebuah kompetisi yang sangat bagus. "Banyak inovasi-inovasi terbaru di sini," ujarnya.
Namun, ia berharap agar acara ini tidak hanya sebagai event belaka. Namun karya-karya yang terkempul bisa dikembangkan hingga menjadi alat yang berguna demi menunjang maritim Indonesia. "Sayang kalau tidak dikembangkan, mungkin tahuhdepan panitia bisa bekerja sama dengan suatu perusahaan yang mampu mendukung agar inovasi ini bisa terwujud," tutup mahasiswa asal Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) ini. (guh/fin)