Caranya adalah dengan menggunakan stimulasi maupun game interaktif setelah materi berakhir. Seperti saat materi pengenalan warisan Kota Surabaya, siswa SD pun diajak untuk menyusun puzzle berupa gambar gedung-gedung bersejarah di Surabaya seperti Tugu Pahlawan.

Untuk materi pengenalan lingkungan sendiri, selain diajak untuk mengenali lingkungan di sekitar Surabaya, siswa SD juga diajak untuk mempelajari bagaimana cara menjaga lingkungan yang baik. Setelah materi, siswa juga mengerjakan stimulasi berupa menggambarkan lingkungan yang ideal di sekitar sekolah mereka.

Antusiasme pun dapat dilihat dari wajah sumringah para siswa selama materi dan stimulasi berlangsung. Selain menerima materi, siswa pun dengan aktif mengajukan pertanyaan kepada materi. Kebanyakan siswa pun sudah cukup memahami peran mereka dalam menjaga lingkungan. Hal itu terlihat dari jawaban yang mereka lemparkan ketika pemateri mengajukan pertanyaan seputar lingkungan.

Sejatinya, acara ini diadakan selama 2 hari dalam 2 minggu, yang pertama hari Sabtu ini, yang kedua akan dilaksanakan Sabtu depan. Untuk minggu pertama ini, kegiatan ini memang difokuskan pada penyampaian materi, sedangkan minggu depan akan lebih fokus pada kegiatan outdoor yang masih berbasiskan materi yang diajarkan.

Harits Darmawan, penanggung jawab acara ini mengaku sengaja memilih siswa kelas 5 SD sebagai penerima materi mereka. Hal ini dikarenakan siswa kelas 6 sedang fokus unuk menyiapkan Ujian Nasional mereka, semetara siswa kelas 1 hingga 4 SD dianggap masih terlalu dini untuk memahami materi yang diberikan oleh HMPL.

Dengan diadakannya acara ini, Harits berharap agar siswa bisa menerapkan materi yang disampaikan dalam kehidupan sehari-hari, terutama masalah lingkungan. Untuk materi warisan Kota Surabaya, siswa SD juga diharapkan agar dapat membangun rasa memiliki dan rasa peduli sejak dini terharap kota Surabaya.(gol)