Disertasi Irfan Wahyudi yang berjudul Model Regresi Cox Multivariant Weibull (RCMW), dalam studi kasus Model Hazard pada penderita Demam Berdarah Dengue berhasil mengantarkannya meraih predikat doktor Jurusan Statistika ITS. Ide disertasi yang ia sampaikan pada Senin (24/2) lalu, berasal dari rasa prihatin pada kasus penyakit Malaria yang menjadi momok bagi warga Papua.
Namun karena keterbatasan tempat, Irfan memutuskan untuk memilih mengangkat studi kasus penyakit DBD dan tempat yang mudah dijangkau. Menurutnya terdapat kesamaan antara penyakit DBD dengan penyakit Malaria, yaitu sama-sama ditularkan melalui Nyamuk. ”Perbedaannya adalah DBD diakibatkan oleh virus dan Malaria diakibatkan oleh parasit di dalam darah,” terang Irfan.
Ia pun mengangkat data pasien penderita DBD di Rumah Sakit Haji Surabaya sebagai obyek penelitian. Meskipun sempat mengalami sedikit kesulitan, data pasien tersebut kemudian ia petakkan dengan menggunakan pendekatan ilmu statistik. Setelah melalui beberapa kali pemodelan statistik, model RCMW yang terbentuk kemudian diaplikasikan pada data waktu survival yang menunjukkan Grade Failure Time (GFT) atau tingkat stadium pada pasien DBD.
Hasil mengejutkan didapatkan oleh penelitiannya. Irfan mengungkapkan, insiden kematian pada penderita DBD dipenggaruhi oleh bebarapa faktor. ”Yaitu jumlah trombosit, leukosit, hemoglobin, dan hemotokrit pada pasien,” tutur Irfan. Tak hanya itu, jumlah usia pada penderita juga berpengaruh terhadap ketahan tubuh manusia.
Menurutnya, apabila jumlah angka trombosit, leukosit, hemoglobin, dan hemotokrit pada pasien dapat dikendalikan, angka kematian pada penderita DBD akan berkurang. Pasalnya, hasil penelitiannya juga mampu memetakan kapan waktu yang tepat bagi tenaga medis untuk menambah atau mengurangi jumlah keempat jenis darah tersebut. ”Tentu saja juga disesuai dengan usianya,” terang pria kelahiran tahun 1966 tersebut.
Ke depannya, Irfan berharap akan ada lebih banyak sumbangsih dari dirinya untuk Indonesia, terutama Papua. Sang co-promotor, Dr Sutikno MSc berpesan kepada dosen Universitas Cendrawasih ini untuk tetep berkarya mengembangan pendidikan di Indonesia wilayah Timur dan terus berkarya ”Apalagi kalau Pak Irfan mampu memetakan kasus Malaria seperti Penyakit DBD saat ini,” tutup Sutikno. (ao/nir)
Jakarta, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menorehkan prestasi nasional dengan memborong empat penghargaan pada ajang Anugerah
Kampus ITS, ITS News — Sebagai bentuk dukungan terhadap riset energi bersih, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menerima kunjungan
Kampus ITS, ITS News — Perpustakaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menegaskan perannya dalam memperkuat ekosistem riset kampus
Kampus ITS, ITS News – Ikatan Orang Tua Mahasiswa (Ikoma) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menunjukkan komitmennya dalam mendukung