ITS News

Sabtu, 20 Desember 2025
08 Februari 2014, 23:02

Bekali Guru Lewat Seminar Inspiratif

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Tenaga pendidik bukan hanya sekedar tenaga pengajar, pakem itulah yang coba ditularkan oleh Sulistyanto kepada para guru pendamping peserta OMITS. Sulis mengungkap beberapa fakta yang menunjukan bahwa pendidikan Indonesia telah mengalami kemunduran yang luar biasa. Ia menjelaskan, terdapat lima cerminan hasil pendidikan Indonesia di masa lampau yang terekam jelas di era saat ini.

Lebih lanjut, kelima hal tersebut adalah kondisi Sumber Daya Manusia (SDM) yang semakin tahun justru menunjukan keprihatinan terhadap degradasi moral. Yang kedua ialah pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA) yang kurang dilakukan oleh tenaga dari Indonesia. ”Lihat saja Lapindo, bukannya untung malah buntung,” canda Sulis memberi contoh yang diikuti tawa oleh para peserta.

Yang ketiga ialah budaya sikap positif yang sangat kurang seperti halnya displin antre. Kemudian, hal yang menurutnya cukup parah ialah SDM Indonesia semakin tidak peduli dengan kondisi lingkungan. ”Lihat saja sampah di Bandung yang menumpuk hampir di sepanjang jalan. Lalu, apakah semua ini salah pemerintah? Pendidik jangan hanya mengklaim hasil yang baiknya saja dong,” ujar Sulis penuh ekspresi.

Poin terakhir adalah rendahnya daya saing tenaga ahli Indonesia jika dibandingkan dengan tenaga asing. Hal tersebut bisa dilihat dari berapa banyak bendera negara asing yang menguasai SDA Indonesia. Dalam era globalisasi yang semakin memuncak, Sulis beranggapan bahwa kearifan lokal lah yang seharusnya ditonjolkan dan menjadi kekuatan bagi Indonesia untuk kembali berjaya.

Ia pun mengkisahkan tentang kerajaan Sriwijaya yang berjaya di abad ketujuh. Kemudian disusul oleh kerajaan Majapahit yang berjaya di abad ke-14. Menurutnya, jika dikaitkan rentang waktunya, maka Indonesia akan kembali berjaya di abad 21 ini. ”Tapi pertanyaannya adalah, apakah bisa? Dengan banyaknya sulapan nilai hanya karena tututan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM),” ujar sosok beramput gondrong ini menggelitik.

Rumusan Pembelajaran Siswa ala Sulis
Sulis menambahkan argumennya, dalam era globalisasi ini, banyak murid yang semakin tidak menghargai jerih payah sebuah proses. Banyak dari mereka yang melakukan kecurangan hanya untuk mendapatkan nilai yang bagus. Menurutnya, hampir seluruh siswa tidak mengetahui tentang apa dan untuk apa mereka harus belajar sebuah mata pelajaran. ”Dan parahnya lagi, para pendidik tidak pernah memberitahu manfaat dan kegunanaanya kepada mereka,” tandas Sulis.

Menurut Sulis, fungsi pendidikan adalah membentuk karakter, membentuk pola pikir yang positif dan kemandirian. Namun, semuanya tidak terpatri dengan jelas pada kurikulum 2013 juga pada diri pendidik. Tidak dipungkiri, memang sulit untuk menolak kebijakan yang sudah menjadi kewajiban bagi tenaga pengajar. Akan tetapi, kedepannya Sulis berharap bahwa tenaga pendidik di Indonesia mampu berfokus pada beberapa hal yang ia rumuskan.

Rumusan yang ia buat yakni lulusan Sekolah dasar (SD) harus mampu belajar secara mandiri. Kemudian, lulusan Sekolah Menengah Pertama (SMP) harus mampu mandiri secara sosial. Dan yang ketiga, lulusan Sekolah Menegah Atas (SMA) harus mampu mandiri merancang masa depan. Serta lulusan S1 harus mampu mandiri finansial. ”Lihat saja para lulusan S1. Mereka rela mengejar studi lanjut S2 hanya karena tidak ingin orang lain beranggapan bahwa mereka adalah pengangguran,” celetuk Sulis yang kembali membuat peserta tertawa.

Imam Muchtar, salah satu guru SD yang berasal dari Kediri mengaku terbantu dengan diadakannya seminar tersebut. Menurutnya, seminar tersebut banyak menguak fakta menarik terkait perilaku guru dan murid ketika di sekolah. Imam mengaku, seminar ini telah memberi banyak gambaran tentang langkah para guru dalam menghadapi kurikulum baru 2013. ”Dari sini kita sadar bahwa hal yang harus di prioritaskan adalah kepentingan siswa,” ujar Imam.

Fendi Ferdiansya, ketua panitia menjelaskan bahwa seminar tersebut sengaja digelar sebagai sarana pengalih bagi para guru pembimbing ataupun wali murid yang sedang menunggu anak didik mereka yang sedang mengerjakan soal olimpiade. Selain itu, seminar tersebut juga sebagai sarana pembelajaran bagi para guru mengingat kebijakan pemerintah terkait pemberlakuan kurikulum baru 2013. ” Sehingga diharapkan para guru dapat mengaplikasikan ilmu yang telah didapat di sekolah masing-masing,” terang Fendi. (ao/fin)

Berita Terkait