Program yang telah berlangsung sejak Desember tahun lalu ini, kini mulai matang dipersiapakan. Persiapan selama tiga bulan pun terus digencarkan ITS sebelum pemerintah Jepang datang berkunjung. ”EAP sendiri merupakan bentuk kerjasama antara pemerintah kota Surabaya dan pemerintah Jepang dibidang managemen lingkungan. ITS telah ditunjuk oleh Pemerintah Kota Surabaya sebagai embrio percontohan Eco Building,” ujar Dr Ir Haryo Sulistyarso, penanggung jawab EAP.
Dari sekian banyak gedung di ITS, gedung LPPM yang akhirnya dipilih sebagai objek EAP. Menurut Haryo, hal tersebut dilakukan karena gedung LPPM ITS telah memiliki alat ukur konsumsi listrik dan air sendiri. Dengan begitu, proses monitoring pemanfaatan konsumsi listrik dan air pun akan terkontrol.
Tak hanya itu, Dosen Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK) ini turut melakukan beberapa hasil observasi di lingkungan gedung LPPM. Nantinya, observasi tersebut akan digunakan untuk menentukan beberapa langkah inisiatif menghemat energi.
Langkah inisiatif tersebut diantaranya, efisiensi penggunaan listrik untuk alat elektronik seperti pengaturan temperatur air conditioner (AC), dispenser, dan juga penggunaan lift. Selain itu, pemanfaatan air limbah pun turut diperhatikan. Menurut Haryo, limbah air toilet dan air hujan juga dapat dimanfaatkan sebagai air penyiraman tanaman.
Dalam acara tersebut, Prof Dr Darminto Msc, Ketua LPPM ITS pun turut menyatakan kesanggupannya menjadikan LPPM ITS sebagai percontohan Eco Building. ”Tidak perlu menghitung rumit berapa konsumsi ideal ITS dalam pemanfaatan energi ataupun mendatangkan ahli energi. Cukup mari kita mulai dari diri sendiri,” terang Guru Besar Jurusan Fisika ITS ini.
Tak hanya itu, Darmito juga menganggap bahwa hal tersebut bukanlah suatu hal baru dan asing untuk dilakukan. Sehingga ia pun berharap bahwa program ini tidak hanya bersifat momentual belaka. ”Tetapi besar harapan saya, hal ini akan menjadi suatu langkah dalam terbentuknya budaya hemat dan disiplin,” imbuh Darminto.
Uniknya, program tersebut pun tidak hanya berusaha diterapkan di LPPM. Agus Santoso S Sos M Med Kom, Ketua Pengelolahan Teknis (UPT) Tata Usaha (TU) dan Kearsipan ITS menerangkan bahwa dalam lingkungan UPT TU pun turut diterapkan budaya yang disebut 5R. ”Budaya tersebut adalah Budaya 5R, Ringkas, Rapi, Resik, Rawat dan Rajin,” terang Agus.
Menurutnya, budaya 5R tersebut juga dapat diterapkan dalam gedung LPPM guna meningkatkan suasana Eco Building. ”Jika dibandingkan dengan kondisi sarpras UPT TU dan Kearsipan, gedung LPPM ITS lebih berpeluang menjadi gedung percontohan diseluruh kawasan ITS, bahkan lebih,” tutupnya. (ao/sha)