ITS News

Jumat, 19 Desember 2025
30 November 2013, 11:11

Angkat Kearifan Arsitektur Lokal untuk Masa Depan

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Itulah sebait puisi yang dibacakan oleh Ir Hari Sunarko IAI, selaku pembicara terakhir dalam Seminar Eco Green Building Sinergi Kearifan Lokal untuk Masa Depan, Sabtu (30/11). Lewat puisinya ia menyampaikan bahwa budaya, seni dan bentuk bangunan dari warisan nenek moyang Indonesia sangat penting dijaga dan dipertahankan. Sebab, perkembangan zaman yang serba modern dan praktis sangat berpotensi untuk menenggelamkan warisan besar tersebut secara perlahan-lahan.

Dalam kesempatan tersebut, Hari mengajak para peserta seminar melihat beberapa contoh kearifan lokal Indonesia. Misalnya, rumah tradisional Jawa seperti rumah limasan. Dalam desain rumah tersebut, terdapat ruang teras. "Rumah tersebut mencerminkan budaya ramah dan terbuka terhadap tetangga. Tidak seperti saat ini, kebanyakan rumah modern," jelas Alumni Arsitektur ITS angkatan 1984 ini.

Tidak hanya itu, Hari juga menunjukkan gambar rancangan bangunannya yang berupa rumah sakit kelas yang akan dibangun di Daerah Mojoagung Kabupaten Jombang. Dikatakannya, filosofi bangunan tersebut bersumber dari salah satu Candi Arimbi yang terletak di Jombang.

Paparan kearifan arsitektur lokal tersebut, menurut Hari sudah saatnya diperlihatkan lagi dalam segala rancangan pembangunan saat ini. Apalagi proyek pembangunan saat ini yang menuntut konsep bangunan yang berkelanjutan dan ramah lingkungan. Hal ini sangat sesuai dengan unsur tradisional untuk menjawab dalam menjawab tantangan rancangan masa kini. 

Namun, Ia pun tidak menampik kemungkinan jika semua yang tradisional terkadang masih dirasa kurang ramah lingkungan. "Namun, sudah banyak bukti yang menunjukkan kalau material-material dari desa justru lebih natural dan artistik," jelas ketua IAI Jatim hingga masa jabatan 2015 ini.

Hari turut berbagi tips bagaimana mengambil filosofi kearifan lokal tradisional untuk diaplikasikan dalam desain perancangan. Salah satunya adalah dengan jalan-jalan ke desa dan melihat langsung cara pembuatan material bata, genteng bahkan patung batu. "Di Mojosari, Pacet atau Trowulan misalnya. Di sana banyak ditemui cara mencetak bata merah, memahat patung batu, hingga rumah-rumah tradisional yang pastinya benar-benar ramah lingkungan," imbuhnya.
Sementara itu, ditemui selepas acara, Yusuf Hermansyah ST ketua panitia seminar tersebut menjelaskan, Seminar Eco Green Building bertujuan untuk menularkan cara menyatukan potensi kearifan lokal dengan model perancangan pembangunan modern saat ini. "Sebab, eco green saat ini sudah menjadi tren, dan kami ingin setiap mahasiswa perancang bisa memahaminya," jelas Yusuf.
Seminar tersebut ternyata juga cukup menarik para mahasiswa di luar ITS. Hal itu terbukti dari adanya para peserta yang datang dari universitas lain seperti Universitas Pembangunan Nasional, Universitas 17 Agustus, Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya dan Universitas Negeri Surabaya. (akh/ran).

Berita Terkait