ITS News

Jumat, 19 Desember 2025
20 November 2013, 20:11

STP Bandung Belajar Tata Kelola Kampus ITS

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Ketua Jurusan Kepariwisataan STP Bandung, Drs Jacob Ganef Pah MS, mengungkapkan maksud dari kedatangannya. Ganef mengajukan beberapa pertanyaan terkait pengelolaan kampus, khususnya dalam mengelola Sumber Daya Manusia dan Organisasi di ITS. ”Kami ingin tahu bagaimana mengelola dengan baik suatu lembaga dalam bentuk institusi, seperti ITS yang sudah sebesar ini,” ungkapnya.

Menjawab pertanyaan tersebut, Prof Drs Nur Iriawan MSc PhD selaku Wakil Rektor III yang mengawal pengelolaan SDM dan Organisasi ITS menceritakan hal-hal strategis yang dilaksanakan ITS. ”Ada perbedaan mendasar antara jalannya birokrasi di ITS yang berkaca pada PP Nomor 60 Tahun 1999 dengan PP Nomor 66 2010,” ungkap lelaki yang akrab disapa Nur itu.

Pada intinya, Nur melanjutkan, jalannya sistem kelola yang ada di kampus sangat dipengaruhi oleh adanya pembagian peran. Dari pimpinan tertinggi hingga semua stakeholder yang ada dalam rumpun paling bawah. ”Mengacu pada PP 66 yang mengharuskan perguruan tinggi harus memiliki organ tersebut, ITS menerapkan lean and bottom led organization,” tambahnya.

Maksud dari lean and bottom led organization tersebut yakni porsi peran yang diberikan lebih banyak pada bagian level paling bawah. Nur menjelaskan bahwa hal tersebut dikarenakan merekalah yang bersinggungan langsung dengan seluruh stakeholder di institusi. Sedangkan saat mengacu PP 66, pembagian peran diperkuat di level tengah.

Level tengah adalah pihak-pihak yang ada dalam lapisan tingkat fakultas. Sedangkan penerapan sistem tersebut dianggap tidak bisa maksimal. ”Jadi misalkan mahasiswa ingin perwalian mereka seperti self service. Di mana mahasiswa yang harusnya mendapat pelayanan harus melayani dirinya sendiri,” kata Nur mencontohkan.

Poin penting lain selain bottom-led organization tersebut adalah support dari IT. Nur menyebutkan bahwa dalam melakukan reformasi birokrasi, IT menjadi hal yang sangat penting. Seperti yang telah diterapkan di ITS, yakni Sistem Informasi Terintegrasi ITS. Melalui sistem tersebut, evaluasi statuta yang ada dalam institusi akan berjalan lebih mudah.

Mengaku memiliki kelemahan dalam sistem informasi, Ganef disarankan untuk membangun database sebagai langkah awalnya. ”Dengan begitu akan lebih mudah mengintegrasikan sistem informasi nantinya, memang membangunnya harus per tahap,” kata Nur.

Usai berdiskusi panjang, Ganef mengaku akan menerapkan apa yang telah ia dapat dari ITS. Dirinya juga berharap STP Pariwisata dapat mengembangkan lagi ilmu kepariwisataan nantinya. ”STP masih sekolah kedinasan, barangkali dengan belajar pengelolaan di sini kami bisa mengembangkan tata kelola di tempat kami dan lebih mengembangkan ilmu kepariwisataan,” pungkas Ganef. (oly/fz)

Berita Terkait