Dalam bidang perencanaan stuktur baja, analisa struktur dan algoritma genetika merupakan dua aspek yang sangat penting. Analisa struktur berperan dalam analisa fisik rancangan baja, sementara algoritma genetika bertindak sebagai penentu komponen struktural baja.”Algoritma genetik digunakan untuk mencari campuran terbaik dari beberapa elemen penyusun baja,” ujar Ghozi.
Namun, selama ini metode algoritma genetik ternyata masih memiliki banyak kekurangan. Ghozi menjelaskan, metode tersebut belum mampu mengakomodasi aspek keteraturan dimensi profil baja. Selain itu, bobot struktur yang dihasilkan cenderung lebih berat. Lebih lagi, butuh waktu yang relatif lama sekali untuk mengujinya.
Oleh karena itu, melalui risetnya, Ghozi coba menawarkan solusi dengan menciptakan program bernama Algoritma Genetik dengan Perbaikan Kromosom (AGPK). Program tersebut merupakan perpaduan antara algoritma genetik dengan komputasi paralel. Namun, algoritma genetik yang digunakan telah terlebih dahulu dimodifikasi kromosomnya.
Ghozi melanjutkan, program ini memiliki beberapa keunggulan. Pertama, mampu menentukan campuran baja paling optimal sesuai dengan peraturan yang diperbolehkan. Sehingga, bobot struktur baja yang dihasilkan juga lebih ringan dengan estimasi waktu lebih singkat. ”Karena sistemnya yang simpel, program ini dapat diaplikasikan pada personal computer (PC, red) biasa,” ujarnya.
Demi memudahkan pengguna saat mengaplikasikan program AGPK, Ghozi turut menyertakan panduan operasional. Selain itu, program dirancang agar dapat dioperasikan serempak pada beberapa komputer. ”Dapat di-setting untuk komputer tunggal maupun paralel,” terang dosen Universitas Bhayangkara Surabaya tersebut.
Pujian datang dari salah satu dosen penguji sidang, Prof Ir Priyo Suprobo MS PhD. Menurutnya, riset ini sangat bermanfaat untuk bidang keilmuan teknik sipil. Selama ini belum ada dosen maupun mahasiswa yang melakukan riset tentang hal itu. ”Ini yang pertama kali di Jurusan Teknik Sipil,” jelasnya.
Dosen Jurusan Teknik Sipil ITS ini menambahkan, riset Mohammad Ghozi ini juga sepatutnya dijadikan contoh. Pasalnya, Ghozi berani keluar dari disiplin ilmu yang ia kuasai untuk mencari sesuatu yang lebih bermanfaat. Priyo berharap, gelar doktor ini tidak membuat Ghozi berhenti berkarya. Bahkan, seharusnya pencapaian tersebut dijadikan batu loncatan untuk meraih sesuatu yang lebih berharga. ”Ini baru permulaan, lanjutkan untuk tantangan berikutnya,” Priyo menyemangati. (ali/lis)
Jakarta, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menorehkan prestasi nasional dengan memborong empat penghargaan pada ajang Anugerah
Kampus ITS, ITS News — Sebagai bentuk dukungan terhadap riset energi bersih, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menerima kunjungan
Kampus ITS, ITS News — Perpustakaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menegaskan perannya dalam memperkuat ekosistem riset kampus
Kampus ITS, ITS News – Ikatan Orang Tua Mahasiswa (Ikoma) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menunjukkan komitmennya dalam mendukung