ITS News

Sabtu, 20 Desember 2025
26 Juni 2013, 16:06

Ragam Diskusi Lingkungan di ISEE 2013

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Advances in Sustainable Environmental  Resource Management and Sanitation Technology merupakan topik utama para keynote speakers. "Tujuan dari seminar ini adalah untuk membahas manajemen lingkungan serta pengelolaan sanitasi berkelanjutan," ungkap ketua panitia, IDAA Warmadewanthi ST MT PhD. Sekitar 160 peserta hadir dari berbagai negara, termasuk dari Iran, Jordan, Bangladesh, Filipina dan Malaysia.

Dr Peter Davey dari Griffith University, Australia membuka sesi keynote speakers. Ia memaparkan, pembangunan pendapatan ekonomi yang lebih tinggi hanya dapat dicapai melalui lingkungan yang tertata dengan baik. Untuk itu diperlukan kebijakan di segala bidang yang memihak kepentingan lingkungan sehingga kota yang hijau dan sehat dapat dicapai. "Relawan diperlukan sebagai starter bagi penduduk supaya lebih mudah mengikuti konsep-konsep kesehatan lingkungan, misalnya green building,"ujarnya. Yang lebih penting lagi, pemerintah harus memastikan ketersediaan sumber daya alam dan fasilitas yang memadai bagi masyarakat.

Konsep kerja sama dengan masyarakat dilanjutkan oleh A/Prof. Eva Abal dari Queensland University. Bagi Eva, penerapan kebijakan tak hanya bisa dilakuan menggunakan decision support tools. Namun harus ada pula aktivitas pengambilan keputusan melalui kerja sama dengan masyarakat untuk menentukan strategi yang tepat.

Topik mengenai sumber daya air sangat dominan dalam diskusi yang berlangsung. "Air bukan merupakan sumber daya yang bisa diperbarui tetapi bisa menjadi sumber daya yang tidak diperbarui," ujar Prof Ir Joni Hermana MScES PhD. Ia menyarankan pembangunan kesadaran mengenai water footprint, atau rekam jejak air dari awal mula datang hingga perginya. Melalui pemikiran ini, masyarakat diharapkan bisa lebih menghargai keberadaan air. 

Sebuah sudut pandang menarik turut dihadirkan oleh Prof Akishima Fujiwara dari Hiroshima University mengenai polusi dan transportasi perkotaan. "Diperlukan pengurangan jumlah motor untuk mengurangi kadar polusi," paparnya. Bahkan, ia menyetujui adanya regulasi pemerintah Indonesia untuk mengatur volume penjualan motor terutama yang berasal dari Jepang. Menurutnya, transportasi publik yang nyaman bagi masyarakat hanya dapat dicapai melalui pengaturan jumlah sepeda motor, angkot, becak dan moda transportasi lainnya. (*/lis)

Berita Terkait