Tahun 2013 ini tersedia tiga paket ujian dalam SBMPTN, yakni Saintek, Sosial Humaniora (Soshum), dan Campuran. Untuk mengikuti paket Saintek atau Soshum, calon mahasiswa diwajibkan membayar sebesar Rp 175 ribu. Sementara untuk mengikuti ujian paket Campuran calon mahasiswa wajib membayar uang pendaftaran sebesar Rp 200 ribu.
Hal yang saat ini membuat calon mahasiswa bingung tentang tata cara pembayaran yakni metode tambah bayar. Pasalnya, kabar metode ini masih simpang siur. Metode ini dapat dilakukan oleh beberapa jenis peserta SBMPTN. Yakni untuk peserta yang ingin berganti paket ujian dari Saintek atau Soshum ke paket Campuran. ”Mereka diwajibkan untuk menambah pembayaran sebesar Rp 25 ribu ganti paket jika data belum permanen,” jelas Dr Ismaini Zain MSi, kepala Hubungan Masyarakat Panitia SBMPTN.
Belum permanen, maksudnya adalah calon mahasiswa belum melakukan penyimpanan tahap akhir, sehingga ia masih dapat merubah paketnya. Sementara itu, untuk berpindah dari Campuran ke Saintek atau Soshum, calon mahasiswa tidak mendapatkan uang kembali dan tidak perlu melakukan daftaran ulang ke sistem SBMPTN. Calon mahasiswa cukup tidak datang pada salah satu ujian paket Campuran tersebut. ”Misalnya dia memilih Saintek, dia tidak perlu ikut ujian Soshum di siang hari kedua itu. Cukup pagi saja ikut Saintek,” ujar dosen jurusan Statistika ITS ini menjelaskan.
Metode tambah bayar ini juga digunakan untuk peserta yang ingin mengambil program studi yang mewajibkan uji ketrampilan. Setiap satu kali uji ketrampilan, calon mahasiswa melakukan tambah bayar sebesar Rp 150 ribu. Sengaja dimasukkan ke metode tambah bayar karena acapkali calon mahasiswa masih bingung dengan jurusan yang akan ia pilih. ”Sehingga dengan metode ini, mereka bisa berpikir dengan matang terlebih dahulu di rumah, baru menambah bayar jika sudah mantap dengan pilihannya,” jelasnya.
Masalah PIN yang Terbolak-Balik
Ada 16 digit Personal Identification Number (PIN) dalam pendaftaran SBMPTN. Hingga saat ini, kebanyakan calon mahasiswa salah memasukkan kode PIN lantaran kesulitan membaca kodenya dalam lembaran print-out dari bank atau ATM setelah melakukan pembayaran. ”Yang seharusnya nol, dibacanya huruf O, dan sebaliknya,” ungkap Ismaini.
Sehingga tidak jarang calon mahasiswa yang kebingungan dan bertanya mengapa ia tidak bisa login untuk mendaftar. Bahkan sempat ada calon mahasiswa yang berbondong-bondong ke kantor Panitia Lokal untuk meminta panitia membacakan PIN mereka. Terkait dengan pendaftaran SBMPTN ini, Ismaini pun berpesan agar calon mahasiswa tidak menunggu hingga batas akhir pendaftaran untuk mendaftar SBMPTN. ”Sebab prosentase resiko terjadinya error lebih besar karena traffic yang tinggi saat hari akhir pendaftaran nanti,” paparnya mengingatkan. (fin/nir)
Kampus ITS, ITS News – Transparansi informasi merupakan hal yang krusial dalam keberlanjutan sebuah institusi. Berangkat dari inisiasi tersebut,
Surabaya, ITS News – Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) memperkuat perannya dalam mendorong pendidikan berkelanjutan melalui audiensi bersama Dinas
Kampus ITS, ITS News — Apresiasi mahasiswa yang aktif berorganisasi, Lembaga Pengelola Dana Abadi (LPDA) Institut Teknologi Sepuluh
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) bersama Pemerintah Provinsi Jawa Timur (Pemprov Jatim) secara resmi