ITS News

Sabtu, 20 Desember 2025
18 Mei 2013, 23:05

Sesi Pertama, Peserta TEDxITS Berdercak Kagum

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Tiga pembicara yang tampil tersebut adalah Mochamad Hariadi Dosen Teknik Elektro ITS, Estiningtyas Nugraheni aktivis kanker, dan Tyas Nastiti yang merupakan mahasiswa ITS pemenang wirausaha muda mandiri bulan januari 2013 silam. Ketiganya tampil berurutan dengan membawakan materi yang berbeda-beda dan menyampaikan kisah inspirasi yang menawan pula terhadap peserta.

Mochamad Hariadi yang didapuk sebagai pembicara pertama memberikan paparannya tentang program teknologi bernama real time rendering yang digarapnya. Program yang digagas bersama beberapa mahasiswanya itu, mencoba menampilkan suatu animasi yang menceritakan budaya Indonesia.

Program bernama Majapahit Machinima ini sebenarnya mirip seperti teknologi machinima. Tujuannya adalah menghadirkan orang-orang dalam suatu sebuah animasi. Dikatakan doses Teknik Elektro ITS ini bahwa teknologi ini mengandalkan teknik motion capture atau penangkap gerakan manusia untuk ditransfer dalam bentuk animasi. "Sehingga gerakan tokoh dalam animasi Majapahit tersebut bisa halus seperti gerakan manusia," ujarnya.

Diakuinya, saat ini animator di Indonesia memang sulit untuk membuat gerakan animasi layaknya gerakan manusia. Ia bercerita, sebenarnya ada alat sendiri  khusus untuk membuat gerakan seperti manusia dalam sebuah animasi. Tetapi harganya masih terlalu mahal, hampir mencapai Rp 300 juta.

Ia pun cukup yakin jika real time rendering miliknya bisa memberikan sentuhan teknologi bagi animator di Indonesia. Ia berharap hal ini bisa me-escalated  mereka semua. "Sehingga mereka bisa membuat suatu animasi tidak terlalu lama dan mudah," tuturnya.
Sementara itu, Estiningtyas Nugraheni, seorang aktivis kanker dari Yayasan Kanker Indonesia (YKI) mengungkapkan bahwa kanker itu layaknya seperti seekor kepiting. Pasalnya, kepiting dapat memproduksi bagian tubuhnya lagi meskipun telah terpotong dan hidup di dalam tanah. "Sama seperti kanker pula, jika sudah sampai stadium tinggi sel nya bisa memproduksi sendiri dengan cepat meskipun telah dimatikan dengan obat pencegah," ujarnya.

Esti membenarkan bahwa hingga saat ini belm ditemukan obat kanker. Namun, bukan berarti kanker tidak dapat disembuhkan. ”Apabila dideteksi dan ditemukan sejak dini kanker bisa diobati,” sebutnya.

Ia berkisah tentang pengalamannya selama13 tahun berkutat dengan penyakit mematikan. Hebatnya, ia membuktikan bahwa ia bisa sembuh dan dapat beraktivitas layaknya orang biasa. Hal itulah yang mendorongnya untuk terlibat aktif dalam organisasi aktivis pelawan kanker di Yayasan Kanker Indonesia.

Satu harapan besarnya adalah agar setiap orang tidak menutup mata terhadap bahaya penyakit kanker. "Kalau bisa mendeteksi secara dini, pasti kesempatan untuk survive lebih banyak, dan dari situ bisa turut menyelamatkan masa depan keluarganya apabila yang sakit adalah seorang kepala keluarga," ujar perempuan berambut pendek ini.

Pembicara ketiga, Tyas Nastiti berbagai inspirasi tentang kekuatan imajinasi. Menurutnya,  imajinasi sangat mempengaruhi nasib seseorang di masa depannya. "Kalau mimpi mungkin masih sebatas harapan, tapi kalau imajinasi lebih kepada suatu impian untuk dijadikan kenyataan," ujar satu-satunya pembicara yang masih berstatus mahasiswa ini.
Ia pun menceritakan tentang pengalaman inspiratifnya tatkala dimulai saat masih berumur anak-anak. Orang tuanya sengaja membiarkan ia mencoret-coret tembok rumahnya sendiri. Hasilnya, ia pun berhasil menjadi juara dalam lomba menggambar. "Sejak saat itu, passion saya mulai kelihatan jika saya bakat di seni," tuturnya.
Memasuki jenjang kuliah, ia memilih kuliah di program studi Desain Komunikasi Visual (DKV) jurusan Desain Produk Industri. Ia pun mengungkapkan jika di jurusannya itu kemampuan berimajinasinya semakin diasah dan berkembang.
Dalam sebuah mata kuliah yang mengharuskan setiap mahasiswa untuk terjun ke suatu daerah untuk membuat brand dari daerah tersebut, ternyata malah membuat pintu rejekinya terbuka. Ia pun memulai menggarap suatu bisnis dalam bidang desain sepatu yang ada motif batiknya. "Dan alhamdulillah lewat situ saya bisa memenangi festival pengusaha muda mandiri," ungkap perempuan yang akrab disapa Tyas ini.
Ia pun punya suatu motto yang bisa diinspirasikan terhadap peserta TEDxITS saat itu, yaitu dream can change but passion is not. "Sebuah imajinasi yang melahirkan suatu ambisi akan memberikan kekuatan bagi kita agar bisa menggapainya," pungkas Tyas. (akh/ran)

Berita Terkait