Seluruh peserta International Student Performance adalah para mahasiswa asing yang tengah menempuh pendidikan di perguruan tinggi yang tergabung sebagai anggota The Association of Southeast Asian Institutions of Higher Learning (ASAIHL). Meski terbilang anggota baru, ITS yang dimotori oleh International Office (IO) turut ambil bagian dalam kompetisi ini.
Ejaz Karim, mahasiswa dari Pakistan, dan Mohammed Nurun Nabi dari Bangladesh pun dipercaya untuk mewakili ITS dalam ajang tersebut. Mereka menampilkan cerita rakyat asal Tanah Betawi, Si Pitung. ”Mereka telah dipersiapkan dengan latihan rutin selama kurang lebih dua minggu sebelum hari pelaksanaan,” ujar Muhammad Wahyu Islami selaku Koordinator Volunteer IO.
Dalam kesempatan tersebut tampil, Nurun yang berperan sebagai Pitung menjadi orang pertama yang naik panggung. Dengan gaya percaya diri, ia berjalan sambil menyanyikan lagu Ondel-Ondel. Selanjuntnya, ia memamerkan gaya silat ala Si Pitung.
Tak berapa lama, Ejaz yang berperan sebagai rival Si Pitung datang. Tak mau kalah dengan Pitung, ia turut memainkan tarian pencak silat. Duel pun dimulai. Masing-masing memamerkan kebolehan dan keunggulan budayanya. Pertunjukkan pun berakhir. Keduanya saling berpegangan tangan.
”Dari situ kami ingin menunjukkan bahwa walaupun sebenarnya banyak sekali perbedaan yang ada di Indonesia, tapi kami (bangsa Indonesia, red) tetaplah satu,” tambah Wahyu. Meski lama pertunjukkan tidak sesuai dengan yang selama ini dilakukan dalam latihan, moral value yang terdapat di dalamnya tetap dapat tersampaikan.
Ejaz sendiri mengaku tidak begitu mengenal pencak silat. Tak heran, ia sempat merasa kesulitan ketika latihan. Mulai dari keluwesan gerakan tangan, hingga banyaknya gerakan-gerakan yang harus diingat.
”Itu yang membuat saya nervous karena di panggung sering tiba-tiba blank,” ujar Ejaz ketika usai pertunjukkan. Namun, dari sini ia mengaku semakin mengagumi Indonesia karena budayanya yang beragam. Dari yang ia pelajari sendiri ataupun dari tim-tim dari universitas lain.
Seperti yang telah diperkirakan sebagai lawan terberat, perwakilan dari Universitas Kristen Petra pun menggenggam posisi juara pada kompetisi ini. Meski begitu, ITS tetap bangga karena berani mengirimkan tim yang seluruh pemainnya mahasiswa asing.
Karena dari seluruh tim yang mengikuti kompetisi ini, hanya ada dua tim yang pemainnya tidak mix dengan orang Indonesia. ”Yakni perwakilan dari UK Petra, dan tentunya perwakilan dari ITS,” tutup Wahyu. (oly/ran)
Kampus ITS, ITS News — Perpustakaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menegaskan perannya dalam memperkuat ekosistem riset kampus
Kampus ITS, ITS News – Ikatan Orang Tua Mahasiswa (Ikoma) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menunjukkan komitmennya dalam mendukung
Nganjuk, ITS News — Tim Pengabdian kepada Masyarakat (Abmas) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) berhasil membangun dan mengimplementasikan Kumbung
Kampus ITS, ITS News – Transparansi informasi merupakan hal yang krusial dalam keberlanjutan sebuah institusi. Berangkat dari inisiasi tersebut,