Ketua Centre for Language and Culture (CLC) atau nama lain dari UPT Pusat Bahasa dan Budaya ITS, Dr Kartika Nuswantara MPd, memaparkan kompetisi esai ini sengaja mengambil tema kartini. Tema besarnya, yaitu Kartini’s Efforts to Empower Indonesian Women and The Implementation in This Global Area.
Dari tema besar tersebut, peserta diberikan enam pilihan sub tema sebagai turunannya. "Kemudian, peserta harus memilih salah satu sub tema sebagai konsentrasi topik tema esainya," ungkap perempuan yang akrab disapa Kartika ini.
Secara khusus, kompetisi ini diikuti 78 mahasiswa. Tujuh dari total peserta tersebut berasal dari perguruan tinggi luar ITS. Di antaranya, tiga peserta berasal dari Universitas Widya Mandala Surabaya dan sisanya dari Universitas Widya Kartika (UWK) Surabaya.
Mengenai proses seleksi, kompetisi ini memiliki beberapa tahapan yang harus dilalui. Pada tahap pertama, setelah peserta mengisi formulir data pendaftaran, mereka diberikan waktu selama dua minggu untuk mengirim karya esainya. Setelah terkumpul, pihak panitia melakukan seleksi untuk diambil 10 besar. "Nah, finalis 10 besar itu nanti yang akan kita panggil untuk mempresentasikan topik esainya," cerita Kartika.
Ia juga menjelaskan jika persentase penilaiannya memang tidak terpaku pada kualitas isi tulisan esai saja. Sebanyak 40 persen adalah nilai yang diambil dari cara menjelaskan isi esai ketika berpresentasi. "Memang tetap lebih banyak untuk nilai kualitas isi esainya, yaitu 60 persen," tuturnya.
Proses seleksi yang turut menjadikan kemampuan presentasi sebagai salah satu kriteria penting dalam penilaian, juga dinilai cukup beralasan. Menurutnya, hal ini untuk menghindari tindakan yang hanya mengandalkan cara copy-paste dari media internet atau media informasi yang lain. "Ini juga sebagai bukti otentik kalau esainya itu memang murni buatannya, jika harus disuruh menjelaskan pun pastinya tidaklah sulit," lanjutnya.
Kemudian, dari 10 finalis tersebut diambil pemenang sebagai juara pertama, kedua dan ketiga. Tidak hanya itu, juara harapan satu, dua dan tiga juga turut diberikan. Di sini, juara pertama diraih oleh Nita Oktavia dan juara harapan ketiga berhasil direbut oleh Christian Winarko. Keduanya berasal dari UWK Surabaya.
Sedangkan, mulai dari juara kedua hingga harapan kedua diraih oleh Mahasiswa ITS. Berturut-turut dari juara kedua adalah Rukhsotul Izalah, dan Widya Putri Ade sebagai juara ketiga. Disusul kemudian Tiara Irsyad Mawlyna dan Hamzah Fansuri sebagai juara harapan satu dan dua.
Melihat hasil tersebut, Kartika coba memberikan pendapatnya. Jika empat dari enam juara itu merupakan mahasiswa ITS adalah suatu kebanggaan, mengingat di ITS sendiri tidak ada jurusan yang khusus membahas tentang ilmu bahasa Inggris. "Kalau di UWK kan ada, jadi ya pantas. Tapi kalau di ITS meskipun tidak ada jurusan khususnya tetapi tulisannya banyak yang bagus-bagus," ungkap perempuan berkacamata ini.
Terakhir, ia pun berharap jika kompetisi ini dapat menjadi motivasi bagi mahasiswa dalam menulis dan mengenang jasa-jasa para pahlawan Indonesia. Menurutnya, memasyarakatkan menulis di kalangan mahasiswa saat ini cukuplah sulit.
Banyak yang bisa berbicara tetapi tidak pandai menulis. Tetapi jika bisa menulis pasti kemampuan berbicaranya juga baik. "Kemampuan tersebut coba kita gabungkan untuk Hari Kartini ini supaya kaum muda selalu mengingat para pahlawannya lewat media tulisan," pungkasnya. (akh/esy)
Jakarta, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menorehkan prestasi nasional dengan memborong empat penghargaan pada ajang Anugerah
Kampus ITS, ITS News — Sebagai bentuk dukungan terhadap riset energi bersih, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menerima kunjungan
Kampus ITS, ITS News — Perpustakaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menegaskan perannya dalam memperkuat ekosistem riset kampus
Kampus ITS, ITS News – Ikatan Orang Tua Mahasiswa (Ikoma) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menunjukkan komitmennya dalam mendukung