Tahun ini, kompetisi bisnis ini diikuti oleh 94 tim mahasiswa. Dari jumlah tersebut, hanya 49 tim berhasil masuk ke tahap presentasi. Di tahap ini, mereka harus mampu meyakinkan dewan juri mengenai proposal bisnis yang mereka buat. ”Bila berhasil, kita akan mendanai bisnis mereka dengan nominal paling banyak sebesar Rp 15 juta,” kata Yuri Hartono, penyelenggara.
Tahun lalu ide bisnis mahasiswa ITS lebih banyak berkaitan dengan kuliner. Namun tahun ini, proposal bisnis kuliner hanya memiliki kuota sebesar 30 persen dari total proposal yang masuk. Yuri mengatakan, sudah saatnya mahasiswa ITS membuat ide bisnis yang berkaitan dengan bidang mereka. ”Harapan kami mahasiswa ITS bisa menjadi wirausaha di bidang teknologi, technopreneur,” paparnya.
Yuri juga menghimbau, apabila berhasil memenangkan dana dari Dikti, mahasiswa harus benar-benar menjalankan bisnisnya dengan baik. Selama enam bulan kedepan, bisnis mereka akan dimonitoring oleh tim kewirausahaan ITS.
Pada tahap monitoring ini, lanjutnya, banyak masalah yang akan dihadapi oleh mahasiswa. Ia menyebutkan, masalah tersebut sangat berisiko dalam kelancaran bisnis yang digagas. Bila tidak dikomunikasikan dengan baik, kelompok tersebut bisa saja bubar atau bisnisnya tidak jalan. ”Masalahnya bisa beragam, mulai dari kesibukan anggota tim hingga dana penggunaan dana yang tidak hemat,” terangnya.
Demi memonitoring kelancaran bisnis mahasiswa, bagian kemahasiswaan akan mulai berkoordinasi dengan jurusan-jurusan di ITS. Yuri menerangkan, selama ini mahasiswa seringkali sulit dihubungi ketika masa monitoring tiba. ”Kita akan meminta kepala jurusan untuk memberikan sedikit penekanan kepada mereka (mahasiswa, red) ketika masa monitoring,” jelasnya.
Ide Bisnis Beragam
Tahun ini ide bisnis yang diusung mahasiswa ITS mulai beragam. Kelompok yang diketuai Maynar M Alfath, contohnya. Mereka mengusung bisnis jasa printing bagi mahasiswa. Bisnis jasa ini memungkinkan mahasiswa untuk mencetak tugas mereka tanpa harus memiliki mesin printer sendiri. ”Mereka hanya perlu mengirimkan email mengenai tugas apa saja yang ingin di-print. Kami akan mengantar langsung ke tempat mereka,” jelas Alfath.
Bisnis jasa printing yang digagas Alfath dan teman-temannya ini telah berjalan sekitar dua bulanan. Altof Syahrizal, anggota kelompok, bahkan menyebutkan bahwa bisnis ini telah mendapat animo yang tinggi dari mahasiswa ITS. ”Bisnis ini akan sangat membantu mereka yang dikejar deadline tugas. Mereka tidak perlu repot-repot mencari jasa printing. Jasa printing kami lah yang akan mendatangi mereka,” katanya.
Contoh ide bisnis lainnya adalah dalam hal pembuatan barang. Gustisatya Perdana, mahasiswa Jurusan Teknik Elektro, menggagas bisnis pembuatan kaos dan jaket. Bisnis ini juga menonjolkan unsur budaya dengan penambahan detail batik pada kaos atau jaket yang dipesan. ”Kalau desain kaos atau jaketnya, kami sendiri yang membuat,” kata Gusti. (ram/ran)
Jakarta, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menorehkan prestasi nasional dengan memborong empat penghargaan pada ajang Anugerah
Kampus ITS, ITS News — Sebagai bentuk dukungan terhadap riset energi bersih, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menerima kunjungan
Kampus ITS, ITS News — Perpustakaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menegaskan perannya dalam memperkuat ekosistem riset kampus
Kampus ITS, ITS News – Ikatan Orang Tua Mahasiswa (Ikoma) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menunjukkan komitmennya dalam mendukung