Dalam paparannya, Hamzah mengatakan bahwa perjuangannya meraih posisi tersebut tidaklah mudah. Ia sudah mencoba berbisnis sejak masih duduk di sekolah dasar. ”Dari jualan pulsa, jualan makanan, pin, bahkan jualan buku sekolah pernah saya jalani,” ungkapnya. Hamzah mengakui bahwa ia berada pada keluarga yang berkecukupan. Tetapi, ia tidak mau bergantung dengan orang tuanya. Pemuda asal Jakarta ini berkeinginan menjadi orang yang mandiri sejak masa remaja.
Berdasarkan pengalaman itu, menurutnya, ada lima cara menjadi kaya. ”Berasal dari keturunan kaya, menikah dengan orang kaya, menjadi koruptor, menjadi profesional, dan pengusaha,” lanjutnya. Melihat dari usianya yang masih muda, pilihan yang masuk akal dengan keinginannya hanyalah menjadi pengusaha.
Dikatakannya, cara pertama dan kedua hanya keberuntungan. Terhadap pilihan ketiga, Hamzah membolehkan siapa saja yang ingin memilihnya. Namun, ia menegaskan, pilihan itu sangat buruk, karena itu menandakan ketidakpedulian dengan orang lain.”Itu tandanya mereka tidak punya hati,” jelas Hamzah. Sedangkan, untuk menjadi profesional, ia mengatakan bahwa itu butuh waktu lama seperti akuntan, pengacara, harus studi dahulu.
Pertimbangan lain menurutnya adalah 99 persen uang yang beredar saat ini dikuasai oleh lima persen manusia. Satu persen sisanya justru diperebutkan oleh 95 persen populasi manusia. Oleh karena itu, Hamzah mengajak para peserta untuk menjadi pengusaha. ”Jika saja semua orang Indonesia menjadi pengusaha, kan enak, tidak ada yang jadi TKI (Tenaga Kerja Indonesia, red),” candanya.
Hamzah melanjutkan bahwa beberapa syarat menjadi pengusaha muda, yaitu jangan malas, harus konyol, jangan banyak berpikir, dan berani jual diri. Demi diterima oleh pelanggan, ia berani menamakan barang-barang produksinya dengan nama-nama konyol seperti bantal mesra, bantal kita, guling luar biasa, dan bantal ikan. Terbukti, strategi tersebut berhasil.
Ia juga sempat menyinggung bahwa Indonesia adalah sasaran empuk pengusaha luar negeri. Jumlah penduduk yang besar didukung dengan pertumbuhan penduduk yang tinggi, mengakibatkan pengusaha luar negeri mencari konsumen ke Indonesia. Produk yang bagus dengan harga relatif murah membuat masyarakat Indonesia menjadi konsumtif. (nul/ran)
Jakarta, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menorehkan prestasi nasional dengan memborong empat penghargaan pada ajang Anugerah
Kampus ITS, ITS News — Sebagai bentuk dukungan terhadap riset energi bersih, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menerima kunjungan
Kampus ITS, ITS News — Perpustakaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menegaskan perannya dalam memperkuat ekosistem riset kampus
Kampus ITS, ITS News – Ikatan Orang Tua Mahasiswa (Ikoma) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menunjukkan komitmennya dalam mendukung