Tifatul mengatakan bahwa sudah seharusnya mahasiswa untuk ma’rifatul insan, atau mengenal hakikat penciptaan manusia. Ia menjelaskan bahwa tindakan ini sangat penting lantaran saat ini manusia banyak yang berbuat kerusakan. Mereka berperilaku seperti itu karena mereka tidak mengenal dirinya sendiri.
”Mereka lupa mengapa mereka diciptakan,” beber Tifatul. Setiap manusia diciptakan untuk menjadi khalifah di muka bumi. Tapi, karena tidak kenal dengan dirinya sendiri, mereka bertindak di luar batas. Oleh karena itu, menurut Tifatul,
ma’rifatul insan ini penting, karena bisa menyadarkan manusia itu sendiri.
Dengan begitu, manusia bisa sadar posisinya baik ketika berhadapan dengan Allah SWT, sesama manusia, maupun dengan makhluk-makhluk hidup Allah SWT lainnya. ”Jadi, manusia bisa tau diri dan tidak akan berbuat kerusakan lagi,” paparnya.
Pria asal Bukit Tinggi ini juga menyebutkan dalam khotbahnya, bahwa seorang manusia itu tidak sepantasnya menjadi sombong dan lupa diri. Seharusnya dari sekarang mereka sadar bahwa sesungguhnya mereka hanyalah sebuah titik kecil di alam semesta ini. Ibaratnya, bumi ini hanya sebutir pasir dalam alam semesta ini. Apalagi dengan manusia, mungkin hanya sebesar elektron-elektron pasir tersebut. Bahkan lebih kecil dari itu.
Sebagai khalifah, Tifatul mengatakan bahwa ada dua tugas yang harus diemban yaitu membangun dan memelihara. Khalifah itu harus bisa membangun sesuatu dari yang buruk menjadi lebih baik. Minimal lingkungan sekitarnya bisa berubah menjadi lebih baik.
Begitu juga dengan memelihara. Seorang khalifah harus bisa memelihara dan menjaga lingkungannya. Contohnya, sumber daya alam (SDM) Indonesia. Sudah menjadi rahasia umum bahwa SDM Indonesia melimpah ruah. Meskipun begitu, sampai sekarang SDM belum dioptimalkan. Oleh sebab itulah, khalifah harus bisa memanfaatkannya. Tanpa meninggalkan kerusakan.
Lebih lanjut, Tifatul mengatakan bahwa untuk menjadi khalifah harus punya modal. Yaitu agama, akal, jiwa, harta dan maruah. Ia menerangkan bahwa sebelum menjadi khalifah, harus punya pedoman hidup. Yang berperan dalam hal itu adalah agama.
Begitu juga dengan akal. Seorang khalifah harus punya akal yang sehat. Selain itu, akal seorang khalifah tidak boleh berdasarkan pemikiran sesaat saja, harus didasarkan pada agama. Begitu juga dengan jiwa, khalifah harus menjaga jiwanya tetap sehat. Tidak melakukan perbuatan kejahatan, seperti menyakiti sesama muslim. Bahkan sampai membunuh, sangat dibenci oleh Allah swt.
Terakhir mengenai harta dan maruah. ”Dengan harta, bisa membangun ekonomi negara ini,” ucapnya. Di samping itu, maruah ini sangat penting karena jika saja maruah bangsa tidak punya, bisa saja dengan mudahnya bangsa lain menjajah negeri ini. (nul/fz)