Riuh tawa peserta GOM 2 memenuhi ruang utama Masjid Manarul Ilmi saat Ustadz Marendra Darwis memberikan ceramahnya. Dengan gayanya yang santai tetapi serius, Darwis berusaha megajak peserta untuk mempunyai visi yang jelas. ”Tulislah mimpimu di atas kertas, jangan hanya ada dalam pikranmu karena kamu akan lupa ,” cetusnya.
Ia juga mengungkapkan, kegiatan mentoring hendaknya menjadi kebutuhan bagi mahasiswa baru. Ia menyayangkan apabila ada mahasiswa yang sengaja mengesampingkan mentoring dengan alasan bosan, malas atau mentor yang tidak enak.
Darwis menambahkan, mentoring bukanlah kewajiban rutinitas pekanan, tetapi itu adalah prioritas. ”Bayangkan jika pola pikir mahasiswa seperti itu, bangsa ini tidak akan maju,” ungkapnya. Menurut pria kelahiran Kediri ini, kualitas generasi muda cerminan masa depan bangsa. Ia menekankan, mahasiswa ITS harus menjadi problem solver dari keterpurukan bangsa.
Tak hanya disuguhi oleh ceramah saja, namun peserta juga diajak untuk mengambil hikmah dari suatu film tentang kecintaan seorang ayah kepada anaknya. Dalam film tersebut, seorang ayah dikisahkan memiliki keterbatasan dalam hal pendengaran sehingga anaknya menjadi bahan ejekan teman sekolahnya.
Anak tersebut akhirnya bunuh diri, namun berkat donor darah dari ayahnya, gadis itu mampu bertahan hidup. Tak ayal, beberapa mata peserta berkaca-kaca, bahkan ada peserta yang sampai mengusap air mata. Menurut Darwis, ini merupakan bukti ketulusan seorang ayah demi kesuksesan dan kebahagiaan anak
Sementara itu. Mentoring semester genap ini wajib diikuti paling tidak delapan kali selama satu semester. Sementara itu, nilai mentoring 20 persennya dipakai sebagai nilai agama islam. Sebelum diadakan GOM ini, ada screening mente yang bertujuan untuk membentuk kelompok mentoring.
Saat ini, mente tidak hanya hanya disuguhi ilmu keagamaan saja, namun permasalahan dalam kuliah boleh didiskusikan dalam kelompok mentoring. Selain itu, ada kegiatan lain untuk membentuk persaudaraan, Mentoring Cup. ”Mentoring kali ini sengaja dibuat menyenangkan bagi setiap mente,” ujar Muhammad Ali Asfi Hani, ketua panitia.
Lalu ia menambahkan, mentor sebisa mungkin menciptakan suasana yang nyaman bagi mente dalam sebuah mentoring. ”Tujuan kita untuk membentuk karakter mahasiswa yang bermoral lebih baik dan berprestasi,” pungkas mahasiswa statistika ini.(ady/ran)