ITS News

Jumat, 19 Desember 2025
09 Februari 2013, 11:02

Festamasio Peduli Kesenian Tradisional dan Anak Jalanan

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Dr Ir Bambang Sampurno MT, Kepala Badan Kemahasiswaan dan Hubungan Alumni mengatakan, penunjukan ITS sebagai penyelenggara Festamasio menjadi ajang pembuktian seni dan budaya mahasiswa ITS. Menurutnya, sebagai kampus berbasis teknologi, kompetensi seni mahasiswa ITS tidak kalah dari kampus-kampus lainnya. ”Seni dan budaya menjadi landasan berpikir kami dan mahasiswa,” katanya.

Pada pelaksanaan ke enam ini, Festamasio mengambil tema Teater Sebagai Ekspresi Masyarakat dalam Menjaga Kearifan Budaya Lokal. Berbagai komunitas teater dari berbagai kampus di seluruh Indonesia ikut ambil bagian dalam kegiatan dua tahunan ini. Selain menampilkan teater, mereka juga akan melakukan berbagai kegiatan bersama masyarakat Surabaya.

Sebelumnya, sebanyak 38 komunitas teater telah melalui proses seleksi awal berupa seleksi video dan naskah. Dari seleksi ini terpilihlah 20 komunitas terbaik yang berhak tampil di Grha Sepuluh Nopember ITS. Dari Surabaya sendiri terdapat dua komunitas yang mengikuti seleksi awal, yakni komunitas Teater Institut dan Teater Sendratasik dari Universitas Negeri Surabaya (Unesa). Namun sayang, keduanya tidak lolos ke tahap 20 besar. ”Kelompok Teater Tiyang Alit dari ITS tidak ikut seleksi awal karena fokus menjadi penyelenggara,” kata Dita Martinanungtias, ketua pelaksana.

Semua kelompok yang terpilih, nantinya akan berlomba menampilkan penampilan terbaik mereka di hadapan dewan juri. Mereka akan memperebutkan posisi tiga kelompok terbaik beserta tujuh kategori lainnya. ”Penampilan mereka akan dinilai oleh juri yang berkompeten seperti Jose Rizal Manua yang mendirikan kelompok Teater Tanah Air, dan Rahman Sabur yang merupakan pendiri teater Payung Hitam di Bandung,” terang Dita.

Selama empat hari hingga Selasa (12/2), 20 komunitas yang terpilih ini akan secara bergiliran menampilkan karya mereka. Dalam satu hari terdapat lima kelompok teater yang tampil. Dita mengemukakan, tidak ada batasan cerita yang harus ditampilkan karena menurutnya, hal tersebut hanya akan membatasi kreatifitas peserta. ”Tapi dari seleksi video dan naskah, kebanyakan kelompok memang menampilkan masalah lokal di daerah mereka masing-masing,” tuturnya.

Selain pementasan teater, Festamasio kali ini juga dirangkaikan dengan berbagai kegiatan lain seperti workshop, silaturrahmi budaya dan bakti sosial. Pada kegiatan silaturrahmi budaya, peserta Festamasio akan diajak untuk mengunjungi salah satu pusat hiburan rakyat tradisional di Surabaya. Mereka akan diperkenalkan dengan kesenian Ludruk yang merupakan kesenian khas kota Surabaya. ”Dengan kegiatan ini, peserta akan diberikan kesempatan untuk berinteraksi dengan seniman Ludruk yang biasa tampil di THR (Taman Hiburan Rakyat, red),” jelas mahasiswi Jurusan Statistika ini.

Tidak hanya itu, peserta yang berasal dari berbagai daerah ini juga akan mengunjungi anak-anak jalanan di Surabaya. Mereka akan membagi-bagikan alat musik khas daerah masing-masing sekaligus mengajarkan cara memainkannya. Diharapkan, dari kegiatan ini anak-anak jalanan tersebut akan tetap berkreasi dengan alat musik yang diberikan. ”Untuk kegitan yang satu ini kami rencanakan akan berlangsung secara berkala. Akan ada pelatihan-pelatihan lanjutan dari kami setelah Festamasio ini,” pungkas Dita. (ram/ald)

Berita Terkait