ITS News

Sabtu, 20 Desember 2025
30 November 2012, 08:11

Kritis Capres BEM, Kritisi Debat Panelis

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Sesi pertama debat,  diawali dengan pemaparan visi misi ketiga calon. Secara bergantian mereka berorasi dengan gayanya masing-masing.

Mendapat kesempatan pertama, R Arif Firdaus Lazuardi tampil penuh semangat. Calon nomor satu ini, mengusung semangat independensi mahasiswa. Selanjutnya, dengan gaya lebih kalem, Arif Rachman Hakim memaparkan visinya untuk menciptakan insan berkarakter demi cita luhur nusantara. Sementara calon terakhir, Zaid Marhi Nugraha siap dengan visinya mengukir mahakarya KM ITS dengan semangat vivat demi terwujudnya kemandirian bangsa.

Sistem dalam debat ini cukup tegas. Setiap peserta diberikan waktu terbatas untuk setiap sesinya berkisar dua sampai lima menit. Tambahan waktu sangat jarang diberikan, termasuk kepada panelis sekalipun.

Mendapat giliran pertama, Daniel mengkritisi dan memberikan saran terhadap pemaparan visi misi setiap calon. Para capres BEM dinilai kurang mengerti apa makna dari visi yang diusungnya. Salah satunya terkait independensi. ”Zaman sekarang yang diperlukan adalah interdependensi, sharing dan berbagi. Bukan independen,” ujar Guru Besar Teknik Kelautan ini.

Senada dengan Daniel, Bambang juga turut mengkritisi paparan ketiga calon. Ia mempertanyakan korelasi visi ketiganya dengan hasil musyawarah besar (mubes IV). Ini mengingat, mubes IV merupakan kerja keras para pendahulu KM ITS. Terkait hal ini, ketiga calon mengatakan bahwa visi misi yang diusungnya telah sesuai dengan mubes IV.

Sementara itu, panelis ketiga, Indrajaya banyak menyoroti terhadap dua hal. Pertama adalah keberlanjutan Latihan Keterampilan Manajerial Mahasiswa (LKMM). Semangat LKMM sudah mulai kendur. Padahal LKMM merupakan media yang pas untuk mengembangkan kemampuan manajerial mahasiswa. Kedua adalah eksistensi organisasi mahasiswa ekstra kampus (ormek).”Tidak ada yang salah dengan ormek. Yang salah ketika ormek eksis di kampus karena peraturan terhadap aktivitas ormek sudah jelas,” terangnya.

Menanggapi hal ini, ketiga calon sepakat dengan Indrayana. Mereka juga menegaskan bahwa calon menyatakan sepakat dengan Indrajaya. Mereka pun menjanjikan  ketegasan terhadap ormek ketika terpilih nantinya.

Selain itu, evaluasi BEM ITS dan juga menjadi sorotan dalam debat ini. Bambang memaparkan bahwa kepengurusan Imron Gozali menjadikan BEM ITS kental dengan hard skill. Dampaknya tindakan ceroboh jarang dilakukan. Keputusan yang diambil banyak dipertimbangkan secara rasional. ”Sayangnya, BEM ITS belum bisa bersuara di kancah nasional,” terang Kepala Badan Kemahasiswaan ITS ini.

Mendapat pertanyaan tentang kepengurusan BEM ITS, ketiga calon mengaku telah banyak belajar sebelumnya. Program kerja yang dicanangkannya merupakan hasil evaluasi dan pengembangan dari kepengurusan tahun lalu.

Kritik Debat Panelis
Terlepas dari ketiga capres BEM, Indrayana turut mengkritisi pelaksanaan debat panelis ini. Menurutnya, debat panelis yang seharusnya menjadi forum terhormat banyak diremehkan oleh mahasiswa. Hal ini lantaran jumlah mahasiswa yang sangat sedikit dibandingkan jumlah mahasiswa ITS.

Menurut dosen Teknik Perkapalan ini, debat panelis merupakan wadah dimana mahasiswa mengetahui sosok yang akan membawa BEM ITS setahun ke depan. Jumlah mahasiswa yang datang menunjukkan berapa besar kepedulian mahasiswa ITS terhadapa BEM ITS.

Attitude mahasiswa juga menjadi sorotan bagi Indrayana. ”Forumnya terhormat, dihadiri dosen. Tetapi kenapa masih ada mahasiswa yang datang memakai sandal?,” tanyanya sembari menyindir. Hal ini kemudian menjadi tantangan bagi ketiga capres BEM terpilih untuk memperbaikinya. (ran)

Berita Terkait