Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) melansir, dari tahun 2010 hingga bulan Oktober 2011 telah terjadi sedikitnya 133 kecelakaan kapal di Indonesia. ”Kami tidak ingin menyalahkan siapapun dari fakta ini. Melalui kesempatan ini kami hanya ingin mengkaji dan memberikan rekomendasi agar kejadian serupa tidak terulang kembali,” ujar Dr Saut Gurning CMarTech, Ketua IMarEST East Indonesia Branch membuka forum diskusi.
Dari jumlah kecelakaan yang dilansir KNKT itu, kebakaran menyumbang angka terbesar kedua yang sering terjadi, yakni sebesar 16 persen. Senada dengan laporan itu, Harsono FIMarEST mewakili Perusahaan Marine Consultant Asuka Bahari Nusantara mengatakan, kebakaran selama ini memang selalu menjadi jenis kecelakaan kapal yang paling sulit untuk diatasi.
”Hampir semua kebakaran yang terjadi di kapal tidak bisa dipadamkan,” ungkap Harsono. Lebih lanjut ia menjelaskan, kebakaran pada kapal paling sering terjadi di kamar mesin. Hal itu dikarenakan ketiga unsur segitiga api yakni bahan bakar, panas, dan oksigen, semuanya ada di sana.
Oleh karena itu, Harsono menegaskan, konstruksi kamar mesin harus memenuhi sejumlah persyaratan khusus. Sebut saja, seluruh dinding kamar mesin harus terbuat dari bahan tahan api dan seluruh akses ke kamar mesin harus selalu dalam keadaan tertutup. Tidak hanya itu, semua perlengkapan listrik di kamar mesin harus memenuhi syarat di kapal.
”Tapi semua persyaratan itu tidak pernah dipenuhi. Coba cek kapal-kapal berbendera Indonesia, banyak pintu-pintu akses ke kamar mesin yang justru hanya diikat atau diganjal,” ungkap Harsono prihatin. Bahkan, dirinya bahkan banyak menemui peralatan listrik yang tidak memenuhi persyaratan.
Masalah Sepele yang Kompleks
Dari sisi operasional, Harsono juga mengatakan, sudah seharusnya setiap kapal memiliki prosedur untuk menanggulangi atau memadamkan kebakaran di kamar mesin. Prosedur itu juga harus dilengkapi dengan jadwal latihan keadaan darurat di kapal yang rutin dilakukan paling kurang satu bulan sekali.
Faktor lain yang menjadi penyebab sukarnya pemadaman kebakaran di kapal adalah kurang latihan penanggulangan kebakaran. Serta kondisi kamar mesin yang kotor dengan minyak tercecer di sana-sini.
Dari diksusi ini, para pakar yang terlibat menghimbau agar owner kapal mempertimbangkan kepentingan keselamatan sebagai satu hal yang harus dipenuhi untuk keberlanjutan bisnis mereka. Bukan menggangap pengadaan upaya keselamatan sebagai cost tambahan yang memberatkan.
Para pakar juga berharap, pemerintah melalui KNKT mampu memberi informasi yang benar kepada masyarakat terkait hasil investigasi kecelakaan yang telah terjadi.
Kegiatan ini turut dihadiri oleh Dr Malcolm Vincent FIMarEST selaku Precident of IMarEST dan Ahmad Murad FIMarEST, Ketua IMarEST Divisi Asia Tenggara. Tidak ketinggalan pula Prof Eko Budi Djatmiko, Dekan Fakultas Teknologi Kelautan ITS. IMarEST dan ITS berharap dapat turut andil dalam memecahkan masalah keselamatan transportasi laut di Indonesia. (ald/nir)
Jakarta, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menorehkan prestasi nasional dengan memborong empat penghargaan pada ajang Anugerah
Kampus ITS, ITS News — Sebagai bentuk dukungan terhadap riset energi bersih, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menerima kunjungan
Kampus ITS, ITS News — Perpustakaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menegaskan perannya dalam memperkuat ekosistem riset kampus
Kampus ITS, ITS News – Ikatan Orang Tua Mahasiswa (Ikoma) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menunjukkan komitmennya dalam mendukung