Sosialisasi ini digelar Jumat (2/11). Dr Maria Anityasari ST ME itu menjelaskan, program ini merupakan salah satu bentuk tindak lanjut dari konsistensi ITS dalam menuju universitas riset inovatif dan bereputasi internasional.

”Harapannya, dengan lomba ini, kesadaran dan keterlibatan warga ITS dalam internasionalisasi meningkat.  Karena memang proses ini memang tidak dapat dilakukan sendiri,” terang dosen yang akrab disapa Maria ini.

Program baru ini pun menjadi bagian dari rangkaian Dies Natalis 52 ITS. Dari segi kepesertaan, kompetisi ini tidak melibatkan dosen dan alumni. Akan tetapi, semua mahasiswa dan karyawan, apapun status dan jenjangnya dapat mengikuti kompetisi ini.

Sesuai dengan namanya, kompetisi ini merupakan ajang ekspresi sivitas akademika ITS lewat tulisan. Jenis tulisan pun bebas. Baik berupa kritik, saran, mimpi, masukan, usulan , atau program riil maupun harapan mengenai ITS menuju world class university. Hanya saja, tulisan memang harus dikumpulkan dalam bahasa Inggris dengan rentang kata antara 500 hingga 1000.

Lebih lanjut, Maria menjelaskan, ada tiga parameter penilaian tulisan. Pertama, adalah originalitas dan keunikan karya. ”Karya harus orisinal atau karya pribadi dan belum pernah dipublikasikan. Hal ini akan dibuktikan dengan surat pernyataan bermaterai,” ujar dosen Teknik Industri ini.

Dua parameter lain adalah tata bahasa dan koherensi atau kesinambungan antar paragrafnya. Setiap karya yang masuk akan dipisah antara karya mahasiswa dan karyawan. Setiap karya akan dinilai oleh juri blind (tanpa identitas, red). Hal ini memang bertujuan untuk meminimalkan kesubjektifan dalam proses penilaian.

Dalam proses penjurian ini, akan diambil 10 karya terbaik, untuk karyawan dan mahasiswa, masing-masing mendapatkan lima kuota. Semuanya akan presentasi pada Senin, (3/12) yang akan diambil enam pemenang dan berangklat study tour.

Maria menuturkan, study tour tersebut akan berbeda dengan kunjungan study banding biasa. ”Para peserta diajak mempelajari bagaimana suatu negara kecil dapat menjadi negara maju,” pungkas Maria. (ran/nir)

informasi lebih lanjut : klik di sini