Dalam kuliah tamu ini, mahasiswa diajak untuk mengembangkan sikap empati dalam menjalankan usaha. Sikap inilah yang menjadi dasar lahirnya konsep social technopreneur. Adnan Mahmud sebagai pembicara, mengungkapkan bahwa konsep ini merupakan konsep kewirausahaan yang berbasis pada kesejahteraan masyarakat.
”Tidak ada definisi yang tetap untuk konsep ini,” ujar pria asal Seatlle, Amerika. Ia menambahhkan, apabila usaha yang dilakukan punya tujuan mulia untuk mengembangkan masyarakat, maka itulah social technopreneur,
Adnan mengungkapkan, konsep kewirausahaan ini merupakan konsep yang sulit untuk diajarkan. Menurutnya, tidak banyak pengusaha yang memiliki niatan tulus untuk memajukan masyrakat dalam setiap programnya. ”Kamu harus sedikit gila untuk mau melaksanakan konsep ini,” tuturnya.
Namun, pendiri sebuah organisasi amal, Jolkona Foundation, ini yakin bahwa konsep social technopreneur bisa diterapkan di Indonesia. Menurutnya, masyarakat Indonesia memiliki rasa kemanuasiaan yang tinggi terhadap sesama.
Ia membandingkan, di beberapa negara lain konsep kewirausahaan ini sulit diterapkan karena tingginya sikap individualis masyarakatnya. ”Di negara saya (Amerika, red) banyak yang meragukan konsep ini,” aku Adnan.
Adnan meyakini, konsep ini akan sangat bermanfaat bagi masyarakat luas. Bila setiap mahasiswa melakukan satu langkah kecil dalam bidang social technopreneur ini, maka kehidupan masyarakat Indonesia akan sejahtera sepenuhnya. ”Saya percaya bahwa Indonesia akan membutuhkan pemimpin seperti kalian. Bukan sekarang, bukan satu tahun lagi. Tapi, 20 tahun mendatang,” ujar pria lulusan University of Southern California ini.
Ir lantip trisunarmo MT, inisiator kuliah tamu ini menyebutkan, mahasiswa ITS sebenarnya sudah menjalankan konsep ini sejak beberapa waktu yang lalu. ”Kita boleh menyebut program ITS Bangun Desa sebagai sebuah social technopreneur,” cetus Lantip.
Lantip juga berpesan agar mahasiswa ITS bersungguh-sungguh dalam menbangun kesejahteraan masyarakat. Ia menyebutkan, mahasiswa ITS tidak boleh kalah dalam memberikan sumbangsih malalui ilmunya. ”Kalau ITB punya Goris Mustakim yang berhasil menbangun desanya di Garut, Jawa Barat, maka ITS juga harus punya mahasiswa seperti itu,” seloroh Lantip. (ram/esy)
Kampus ITS, ITS News – Transparansi informasi merupakan hal yang krusial dalam keberlanjutan sebuah institusi. Berangkat dari inisiasi tersebut,
Surabaya, ITS News – Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) memperkuat perannya dalam mendorong pendidikan berkelanjutan melalui audiensi bersama Dinas
Kampus ITS, ITS News — Apresiasi mahasiswa yang aktif berorganisasi, Lembaga Pengelola Dana Abadi (LPDA) Institut Teknologi Sepuluh
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) bersama Pemerintah Provinsi Jawa Timur (Pemprov Jatim) secara resmi