Setidaknya ada 15 komunitas yang ada di Despro. Di antaranya Vow atau komunitas vektor, Kokoro atau lebih dikenal dengan komunitas komik, dan R.109 yakni komunitas experimental. Selain itu, dalam bidang tipografi terdapat komunitas Squad Word. Tidak ketinggalan, ada pula komunitas fotografi bernama Mata Satu.

Dalam bidang videografi, terdapat komunitas Gambar Gerak, lalu Digicol untuk digital coloring, dan Koi untuk pencinta ilustrasi. Komunitas lainnya yaitu Main Hati, Rudal Asmara, TOYS, Pivot, Selazar, serta yang terbaru adalah Kaligrafi.

Sabrina Yuka Amilia, Ketua Departemen Komunitas HIMA IDE mengatakan, mahasiswa baru memang sengaja diarahkan untuk masuk ke komunitas di samping kuliah. Hal itu tidak lain untuk meningkatkan ketrampilan berkarya mereka. ”Masing-masing mahasiswa maksimal boleh mengikuti dua komunitas, agar bisa fokus,” ujarnya.

Hal lain yang mendasari yakni perbedaan seleksi mahasiswa baru yang sejak tahun 2011 menggunakan Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) bukan melalui Ujian Masuk Despro (Umdes). Pasalnya, dari seleksi SNMPTN tidak diketahui seberapa tinggi rasa berkarya mahasiswa dalam menggambar. ”Sementara jika dari Umdes, lebih terlihat kualitasnya,” tutur mahasiswa yang kerap disapa Yuka ini.

Pada Komunitas Expo kali ini, masing-masing komunitas mempresentasikan tentang profil dan karya apa yang mereka hasilkan. Agar mahasiswa baru tahu komunitas mana yang sesuai dengan minat dan passion-nya.

Setelah itu, mahasiswa baru dipersilahkan untuk mengisi formulir komunitas mana yang akan mereka masuki. ”Jadi pemilihan komunitas mana yang akan mereka ikuti bukan atas dasar paksaan,” terang mahasiswa angkatan 2010 ini.

Tidak menunggu lama, jarak seminggu dari gelaran Komunitas Expo, mahasiswa baru sudah dapat bergabung dalam komunitas dan segera berkarya. ”Semoga mahasiswa baru ini bisa aktif berkarya berdasar minat dan passion mereka,” ujar Yuka berharap. (fin/fz)