Kelahiran kembali Mahagana ini bukan merupakan kali pertama. Lembaga kemanusiaan tersebut pernah dua kali menjadi bagian dari organisasi mahasiswa ITS. Namun, karena tak adanya kejelasan program kerja, membuat keberadaan mereka pun dilupakan. ”Mahagana ITS sebelumnya seperti mati suri,” ungkap Achmad Farid Wadjiji, Menteri Sosial dan Masyarakat BEM ITS.

Selain itu, status Mahagana ITS edisi lama pun juga kurang jelas. Keberadaan mereka bagaikan lembaga kemanusiaan musiman. Mencuat ke permukaan publik ketika terjadi bencana alam di Indonesia, dan hilang saat suasana alam mulai bersahabat.

Namun, untuk kelahiran kali ini akan berbeda. Fahri menjelaskan, status Mahagana saat ini berada dibawah naungan BEM ITS, Kementrian Sosial dan Masyarakat. Hal tersebut dilakukan untuk membantu kinerja Mahagana, sebelum nantinya dilepas menjadi badan semi otonom sendiri. ”Jika berada di bawah BEM, gerak langkah mereka akan lebih leluasa di ITS,” jelasnya.

Tak hanya itu, Mahagana kali ini juga diwajibkan membuat program kerja yang jelas. Sehingga, ada maupun tidak adanya bencana alam, lembaga kemanusiaan tersebut akan tetap berjalan. ”Kami akan bekerjasama dengan LSM di Surabaya dan aktif menangani lingkungan selama tidak terjadi bencana,” terang Yunus Zarkati Kurdiawan, Penanggung Jawab Mahagana ITS.

Yunus menambahkan, mereka juga akan mengadakan pelatihan untuk seluruh anggota Mahagana. Pasalnya, selain meningkatkan kemampuan para anggota, pelatihan tersebut juga demi mendapatkan sertifikat yang mereka butuhkan untuk perizinan terjun ke lapangan. ”Tanpa sertifikat, kami tidak dapat turun langsung ke lokasi terjadinya bencana,” tuturnya.

Yunus pun berharap, nantinya kiprah Mahagana ITS dapat terus konsisten. Ia pun berpesan, agar sepatutnya kepedulian terhadap korban bencana alam tidak hanya dilakukan oleh anggota Mahagana ITS saja, namun seluruh sivitas akademika. Sehingga akan tercipta hubungan yang erat antara masyarakat Indonesia dan kampus ITS tercinta. (ali/fz)