Menjadi sebuah tanda tanya besar, mengapa tim MC tidak segera pulang ke Indonesia. Pasalnya, trophy Spirit of Atlantic Challenge 2012, penghargaan The Best Beautiful Boat in Contest dan dua juara lain telah dalam genggaman. Dan perlombaan telah resmi ditutup sejak pengumuman juara tersebut.
”Kami baik-baik saja, hanya masih menunggu tanggal pesawat yang kami pesan,” begitulah ungkapan yang dikatakan oleh Fiqhy Dian Nashrullah, Humas tim MC saat dihubungi, Kamis (2/8). Ternyata, 20 mahasiswa dari ITS dan Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya (PPNS) ini telah memesan tiket untuk penerbangan tanggal 10 Agustus.
Rencana awalnya, mereka baru pulang pada tanggal tersebut karena menunggu hingga kapal Rojo Segoro masuk kontainer. Namun, rencana tersebut berubah lantaran kapal buatan mereka itu batal pulang ke ITS. Kapal Rojo Segoro akan dipinjam oleh Lithuania hingga dua tahun ke depan.
Jadilah mereka hanya menunggu tanggal kepulangan saja di Irlandia selama sekitar dua minggu pasca kompetisi. ”Kami sebenarnya sudah sangat kangen dengan Indonesia,” tutur Fiqhy mewakili perasaan teman-teman satu tim-nya.
Bahkan, tidak ada kegiatan khusus yang kini mereka lakukan di sana. Sebab, Bantry tergolong kota yang cukup kecil sehingga tidak banyak tempat baru yang bisa mereka kunjungi. Oleh karena itu, Sabtu (4/8), mereka akan melakukan perjalanan ke ibu kota Irlandia, Dublin. ”Sambil persiapan untuk pulang,” jelas mahasiswa Jurusan Teknik Perkapalan ini.
Namun, ternyata tidak mudah mencari penginapan di sana karena sedang musim liburan. Kebanyakan penginapan telah penuh dipesan oleh warga yang berlibur. Kemungkinan terburuk, jika tidak mendapatkan tempat tinggal, tim MC akan meminta bantuan ke orang Indonesia yang tinggal di sana. ”Tapi semoga saja masih dapat penginapan, tidak enak kalau terlalu banyak minta bantuan,” ujar Fiqhy.
Salah satu faktor yang cukup miris adalah perbedaan durasi waktu siang dan malam di Irlandia. Tim MC kerap makan sahur pada jam tiga pagi buta. Dan mereka kemudian berbuka puasa pada sekitar jam sepuluh malam. Tak ayal, mereka berpuasa selama 17 jam dalam sehari. ‘‘Insya Allah kita kuat, mahasiswa harus biasa hidup keras,” imbuhnya lagi.
Beruntung, persediaan makanan yang mereka bawa dari Indonesia masih ada sampai sekarang. Bahkan dirasa cukup untuk sepuluh hari ke depan. Sehingga, mereka tidak terkendala karena kurang cocok dengan makanan Irlandia. ”Makanan di sana hambar, hanya diberi garam atau lada,” jelasnya. (fin/fi)
Jakarta, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menorehkan prestasi nasional dengan memborong empat penghargaan pada ajang Anugerah
Kampus ITS, ITS News — Perpustakaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menegaskan perannya dalam memperkuat ekosistem riset kampus
Kampus ITS, ITS News – Ikatan Orang Tua Mahasiswa (Ikoma) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menunjukkan komitmennya dalam mendukung
Kampus ITS, ITS News — Guna meneguhkan komitmen sebagai World Class University (WCU), Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menyiapkan