ITS News

Jumat, 19 Desember 2025
13 Mei 2012, 23:05

Ayo Idolakan Wayang Khas Indonesia!

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Saat ini, anak-anak bangsa tengah dicekoki dengan berbagai tokoh animasi luar negeri. Tidak ingin karakter asli anak bangsa tertelan dalam karakter yang disuguhkan oleh tokoh kartun tersebut, mahasiswa ITS menghadirkan tokoh wayang yang patut diteladani.
 
Umar bersama M Dhanar Such Rufi Fajri, Ika Nurkasanah, Yuan Kharisma serta Iklil Muna menggagas sebuah media game perwayangan demi menghadirkan sosok penuh teladan untuk anak-anak. Siswa kelas empat dijadikan sebagai sasaran mereka sebab terdapat mata pelajaran bahasa daerah tentang perwayangan.

Kebanyakan anak-anak tidak menyukai pelajaran sejarah, lantaran susah dipahami dan tidak menarik. Padahal, dalam sejarah Indonesia, khususnya dalam dunia perwayangan, terdapat tokoh-tokoh yang dapat menjadi sosok teladan. ”Kami ingin mereka mengidolakan tokoh wayang, bukan malah mengidolakan tokoh-tokoh kartun,” ujar Dhanar.

Karenanya, lima mahasiswa multi angkatan ini membuat sebuah PKMM berjudul Virtual Wayang Card Game: Game Visualisasi Kisah Perang Bharatayudha sebagai Upaya Peneladanan Tokoh Pewayangan Pandhawa Nasional untuk Siswa Sekolah Dasar di Wilayah Bangil. Yudhistira, Pandhawa, Arjuna dan tokoh lainnya dalam epik pewayangan Mahabharata dikemas dalam bentuk permainan virtual card game.

Dhanar menjelaskan lebih lanjut tentang konsep yang mereka usung, Mahabaratha mengisahkan tentang perang besar-besaran yang terjadi antara Pandawa dan Kurawa. Dikenal dengan sebutan perang Bharatayudha. ”Kita ingin anak Indonesia tidak hanya tahu perang antar ninja dalam kartun naruto saja,” tegasnya.

Melalui pelatihan yang digelar selama enam minggu berturut-turut, mereka ingin menanamkan nilai-nilai keteladanan itu. Diawali dari sebuah kisah yang dikemas dengan unik dan ekspresif, ditambah slide penuh gambar agar anak SD tertarik dan paham dengan kisahnya. Kemudian, mereka mulai menggunakan permainan kartu yang mengadopsi dari permainan Yu Gi Oh! milik Jepang.

Dalam permainan kartu tersebut, terdapat dua pemain dalam satu arena. Dhanar menyebutkan, untuk mengajarkan permainan ini cenderung sulit. Sehingga ia membuat sistem berkelompok. Yakni, satu pendamping untuk empat anak-anak. ”Kita sampai merekrut orang selain tim untuk membantu,” ujarnya.

Setelah bermain dengan kartu, dalam dua minggu terakhir anak-anak diajak bermain kartu wayang dalam bentuk game. Game tersebut tak ubahnya bentuk digital dari game kartu manual tersebut. Selain itu, digelar pula beberapa lomba seperti cerdas cermat wayang dan wayang turnamen.

Buku Harian Pandawa
Dalam hal pengukuran karakter, Dhanar menyatakan tidak mudah melakukannya. Pasalnya, karakter bukan merupakan sesuatu yang dapat diukur dengan perhitungan konkret dan tidak dapat diperkirakan. Sehingga, mereka membuat sebuah buku harian Pandawa untuk mengetahui perkembangan maupun perubahan karakter anak-anak SD.

Buku harian tersebut harus diisi setiap hari, dengan cara mencentang sikap keteladanan dari wayang yang telah mereka terapkan hari itu dalam keseharian mereka. ”Buku harian itu juga dipertanggungjawabkan dengan meminta bubuhan tanda tangan orang tua yang mengontrol mereka,” jelas Dhanar lagi.

Suka duka perjuangan PKMM ini terletak pada terkurasnya tenaga pengajar untuk berangkat ke Kabupaten Bangil. Namun, hal tersebut terbalaskan dengan antusiasme anak-anak yang kini meningkat pesat hingga mencapai 99 persen.

Uniknya, anak-anak tersebut juga memiliki arogansi yang kuat antar idola. Misalnya saja, anak yang mengidolakan Pandawa akan membuat sebuah komunitasnya sendiri. ”Mereka menjadi suka dan bangga terhadap tokoh-tokoh wayang Indonesia,” tutup Dhanar tersenyum. (fin/esy)

Berita Terkait