ITS News

Jumat, 19 Desember 2025
06 Mei 2012, 06:05

Dahlan: Fenomena Optimisme Indonesia, Miris!

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Dahlan mengungkapkan bahwa sebuah harapan harus terus diproduksi untuk menghasilkan optimisme. Seperti dalam sebuah rubrik yang rutin ia update seminggu sekali di harian Jawa Pos, Manufacturing Hope. Dalam setiap tulisannya, Dahlan membagi inspirasi kepada seluruh pembaca untuk menyerukan optimisme terhadap kemajuan Indonesia.

Menurutnya, sikap optimis adalah setengah dari sebuah keberhasilan. Sedangkan pesimistis adalah setengah kegagalan. Karenanya, ia terus menerus menebarkan hawa optimis dimanapun ia berada. Baik dalam tulisan, seminar maupun pidato yang diungkapkannya. ”Sekarang, modal untuk menularkan sikap optimis, sangat banyak!” tegasnya.

Dari pengamatan Dahlan, orang Indonesia saat ini cenderung tidak mau Indonesia dibanding-bandingkan dengan bangsa lain. Semisal, jika dibandingkan dengan Amerika Serikat, orang Indonesia akan berdalih bahwa Indonesia tidak boleh dibandingkan dengan negara adidaya tersebut. Sebab negara itu telah merdeka selama 200 tahun lebih, sedangkan Indonesia baru merdeka selama 60 tahun.

Namun, jika dibandingkan dengan Tiongkok, orang Indonesia diam tak punya alasan. Pasalnya, Tiongkok hampir sama dengan Indonesia, tapi sekarang negara itu lebih maju dari Indonesia. Ternyata, menurut Dahlan, semua itu berkat hawa optimis yang terus disebarkan oleh warga Tiongkok keseluruh penjuru negerinya.

Di sana, berbagi optimisme telah menjadi telah menjadi budaya. Semisal ketika lima tahun yang lalu ekonomi Tiongkok mengalahkan Inggris. Berita itu akan disebarkan ke seluruh negeri. ”Mereka menggelar pesta optimisme yang sangat besar kala itu,” dalih Dahlan penuh semangat.

Hingga dua tahun yang lalu, ketika pendapatan Tiongkok melebihi Jepang, negara yang pernah menjajahnya dulu. Warga Tiongkok merayakan hal tersebut dengan pesta yang lebih besar lagi agar berita optimis itu tersebar dan mengguncang negaranya. Sampai saat ini, sebuah penelitian memprediksi, Tiongkok akan dapat mengalahkan Amerika Serikat pada tahun 2016.

Dahlan lagi-lagi membahas tentang balas dendam, bahwa Tiongkok selalu berjuang karena rasa benci dan dendamnya terhadap Jepang. Hal itu yang membuat Tiongkok terus-menerus berpacu tanpa henti.

Namun, ia sangat menyayangkan, rakyat Indonesia tidak seoptimis dan bersemangat seperti warga Tiongkok. Padahal, pada tahun 2011 lalu ekonomi Indonesia telah mengalahkan Belanda, negara yang menjajahnya selama 350 tahun. ”Indonesia tidak menggelar pesta satupun, bahkan mungkin tidak banyak yang tahu tentang hal tersebut,” ujarnya terlihat sayu.

Seolah membandingkan, menurut Dahlan, seharusnya Indonesia sudah menggelar pesta besar-besaran kala ekonomi Indnoesia mencapai USD 800 milyar, sedangkan Belanda hanya USD 700 Milyar. Tak berhenti di situ, dengan penuh semangat Dahlan menyebutkan bahwa dua tahun lagi, ekonomi Indonesia dapat mengalahkan Spanyol. ”Saya selalu membicarakan hal itu dimana-mana untuk menularkan optimisme,” lanjutnya penuh keyakinan.

Fenomena lain yang turut membuat Dahlan iba adalah tayangan televisi. Televisi di Indonesia cenderung memberitakan hal-hal yang membuat orang bersikap pesimis. Seolah-olah Indonesia akan hancur minggu depan.

Padahal, Indonesia adalah pemegang 51 persen kekuatan ekonomi di Asia Tenggara. Bahkan tahun ini, Dahlan akan menyatukan seluruh kebun kelapa sawit di Indonesia menjadi satu. ”Sehingga, nanti Indonesia akan menjadi pemilik perkebunan terbesar di dunia,” serunya penuh optimisme, disambut tepukan meriah oleh peserta. (fin/fz)

Berita Terkait