Kepala Divisi Humas MC 2012, Fiqhy Dian Nasrullah menjelaska bahwa dana yang sudah terkumpul dari ITS dan beberapa sponsorship baru Rp 170 juta.  Padahal dana yang dibutuhkan untuk seluruh keperluan akomodasi tim dan kapal adalah sekitar Rp 750 juta. ”Angka ini masih jauh di bawah target kami,” terangnya.

Kurangnya dana sangat berpengaruh terhadap rencana keberangkatan mereka. Akhir bulan ini, tim ditargetkan harus sudah menyelesaikan permohonan visa. Persoalan ini saja diperkirakan memakan jumlah Rp 400 juta. ”Visa merupakan pengeluaran terbesar kami dan yang paling mendesak,” tambah Fiqhy.

Beberapa strategi khusus telah dilakukan. Seperti mengundang perusahaan maritim, dinas pemerintahan, dinas kemiliteran, hingga kementrian nasional dalam acara launching tim MC pada hari Selasa (17/4). Undangan untuk menyaksikan tim secara langsung ini krusial, karena permohonan bantuan lewat proposal saja ternyata dianggap masih kurang.

Titik terang mulai terlihat. Beberapa perusahaan yang mengikuti acara launching tersebut bersedia memberikan bantuan pendanaan. Tak hanya itu, pihak Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) pun juga siap mencarikan dana tambahan meskipun tidak hadir dalam acara launching tim MC kemarin.

Sayangnya, dari semua bantuan yang didapatkan, dari pemerintah provinsi Jawa Timur sendiri ternyata tidak ada. Pasalnya, peraturan mengenai pengeluaran tak terduga sudah dihapus. Sehingga, tidak ada dana untuk kegiatan seperti MC. Permohonan dana harus dilakukan setahun sebelumnya untuk dianggarkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

Untuk selanjutnya, Fiqhy dan anggota MC lainnya akan mencari bantuan dana pada instansi yang lebih tinggi dari Menteri.  Mereka berniat menulis surat langsung kepada Presiden Republik Indonesia. ”Kami disini membawa nama baik Indonesia, mungkin saja bapak Presiden mau memperhatikan,” ujar Fiqhy.

Tentunya, jumlah dana yang ditargetkan harus segera terkumpul, agar tim MC pun dapat bertanding dengan maksimal. ”Semoga kami bisa berangkat dan membawa prestasi untuk Indonesia,” pungkas Fiqhy optimis. (ali/lis)