ITS News

Jumat, 19 Desember 2025
15 April 2012, 11:04

Ajak Mandiri Lewat Kaos Khas Tulungagung

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Awalnya, Fajar dan kawan-kawannya merasa prihatin dengan kondisi panti asuhan Darul Aitam yang masih berada di bawah garis minimal. Sehingga, ketika diadakan lomba PKM dari Dikti, mereka mengusulkan pembentukan Formasta Entrepreneurship Training Foundation (FETF), sebagai solusi dari permasalahan di panti asuhan tersebut.

FETF sendiri merupakan lembaga pelatihan wirausaha yang bertugas melakukan pelatihan, pendampingan, pengawasan, serta mamasarkan hasil wirausaha anak panti. ”Di sini, kami mengajarkan teknik menyablon dan pembuatan kerajinan tangan dari sedotan,” ungkap Fajar.

Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil ini menambahkan, untuk pelatihan menyablon, mereka mengarahkan anak-anak panti agar mengeluarkan kreativitas mereka sendiri. Ini ditujukan supaya hasil sablonan murni kreasi anak panti assuhan dan menjadi ciri khas Tulungagung. Selain itu, juga sebagai salah satu strategi untuk menarik konsumen.

”Produk yang mereka keluarkan ber-merk Dara (Darul Aitam, red),” terang Fajar. Tak pelak, hasilnya sangat mengejutkan. Hanya dalam kurun waktu 1,5 bulan beroperasi, lebih dari 50 pesanan kaos khas Tulungagung telah diproduksi. ”Itu selain beberapa orderan dalam bentuk partai yang kami tolak karena jumlahnya terlalu besar,” tuturnya.

Tak hanya itu, respon positif juga diperlihatkan oleh beberapa instansi penyablonan terkemuka di Tulungagung. ”Banyak mitra kerja di bidang sablon yang siap bekerjasama dengan kami, misalnya Ngrowo,” tambah fajar.

Senada dengan Fajar, Dhimas pun tak mengira jika usaha tersebut akan memperoleh respon positif dari berbagai pihak, terlebih lagi dari instansi kabupaten. Tak kurang dari tiga kepala dinas Kabupaten Tulungagung siap memberikan dukungan. ”Dinas Sosial, Dinas Pemuda, dan Dinas Pariwisata sudah membuka jalan jika kami memerlukan bantuan,” jelas mahasiswa D3 Teknik Mesin tersebut.

Dhimas menambahkan, kesuksesan tersebut sebenarnya tak lepas dari semangat anak-anak panti untuk berkembang dan mandiri. Meskipun usia mereka masih belasan tahun, skill mereka sangat baik. ”Usia anak-anak panti itu kisaran SD hingga SMP, namun kaos hasil sablonan mereka jauh lebih baik dari pada para pengurus yang lebih tua,” terangnya.

Untuk ke depannya, Dhimas berharap supaya usaha anak-anak panti tersebut dapat berjalan lancar dan bersaing dengan pabrik sablon lainnya secara mandiri. Ini dikarenakan FETF tidak mungkin dapat terus mendampingi mereka. ”Walaupun program PKM ini berakhir, namun mereka harus tetap melanjutkan wirausahanya,” pungkas Dhimas. (ali/esy)

Berita Terkait